The Dark Knight Rises(2012 - Warner Bros.)Directed by Christopher NolanStory by Christopher Nolan, David S. GoyerScreenplay by Jonathan Nolan, Christopher NolanBased upon "Batman" characters created by Bob Kane published by DC ComicsProduced by Emma Thomas, Charles Roven, Christopher NolanCast: Christian Bale, Michael Caine, Gary Oldman, Anne Hathaway, Tom Hardy, Marion Cotillard, Joseph Gordon-Levitt, Morgan Freeman, Matthew Modine, Ben MendelsohnRisiko yang diambil Warner Bros. dalam memulai ulang kisah Batman format layar lebar rupanya berbuah manis berlimpah-limpah. Meski dengan perbedaan yang (konon, gw nggak tau pasti) sangat signifikan baik dengan versi komik maupun versi-versi film/televisi lainnya, seri film bioskop Batman yang ceritanya digarap David S. Goyer dan Christopher Nolan yang mencoba
less comical (cenderung lebih membumi dan
tangible) ini rupanya disambut baik oleh penonton. Batman Begins memperoleh keuntungan yang memuaskan dan mendapat apresiasi yang baik dari pecinta dan kritikus film, dan semakin meledak dengan sekuelnya, The Dark Knight yang digadang-gadang membuat standar baru dalam penggarapan film berdasarkan komik superhero. The Dark Knight sendiri adalah salah satu film favorit gw sepanjang masa (nomer 3 di
100 film dekade 2000-an favorit gw), film yang keren banget nget, namun sesungguhnya bagi gw kedua film Batman versi realis ini sama-sama bagus, hanya saja harus diperhatikan keduanya menggunakan pendekatan dan gaya bercerita yang jauh berbeda. Meski jelas musti ada
action-nya, Batman Begins yang meng-
set-up ulang tentang asal-usul Batman adalah film yang menjurus ke drama, sedangkan The Dark Knight adalah
crime thriller. Gw mungkin lebih suka The Dark Knight karena lebih seru dan menegangkan kali ya...
Kekerenan paripurna The Dark Knight lantas (justru) membuat gw tidak mengharapkan yang iya-iya buat The Dark Knight Rises, yang konon merupakan film terakhir Batman yang disutradarai Christopher Nolan. There is just NO WAY to top The Dark Knight. Untungnya, sejak awal tim pemberita The Dark Knight Rises (selanjutnya gw rujuk sebagai Rises saja ya) menyatakan bahwa film ketiga ini akan lebih mirip dengan Batman Begins. Oh syukurlah, setidaknya mereka nggak akan mencoba ngutak-ngatik The Dark Knight yang sudah cukup sebagaimana adanya itu. Setelah menonton Rises, kenyataannya cukup menarik dan melegakan. Memang benar film ini berbeda approach dari The Dark Knight, namun ternyata beda juga dari Batman Begins, Rises jatuhnya seperti film aksi spionase (terutama dari segi aksi si penjahat yang penuh taktik, sembunyi-sembunyi namun berdampak besar). Tiga film berkesinambungan namun dengan pendekatan yang masing-masing berbeda (nggak berulang) bagi gw adalah siasat "licik", sehingga akhirnya agak nggak valid kalo membandingkan satu dengan yang lain, gimana mau milih mana yang "the best" kalau genre-nya aja beda-beda. Sialan loe, Nolan.
Kalau soal plot Rises, sebenarnya gampang saja intisarinya, soal Batman melawan penjahat. Yang membedakan adalah siapa dan bagaimananya, serta dampaknya. Gw berusaha tidak membeberkan terlalu banyak di sini, tapi kalau ternyata dirasa gw memang demikian, ya maaf deh. Kalau memang ingin lebih enjoy, sebaiknya stop baca sampai di sini, dan kembali lagi nanti kalau Anda sudah nonton =). Kuncinya sih kalau memang ingin lebih ngeh dalam menikmati Rises, lebih baik tonton atau setidaknya ingat-ingat kembali Batman Begins dan The Dark Knight terlebih dahulu.
Sejak peristiwa terakhir di film The Dark Knight, Bruce Wayne (Christian Bale) memutuskan untuk mengikuti langkah Beast di Beauty and the Beast dengan tidak pernah keluar dari salah satu bagian rumah mewahnya, termasuk tidak lagi beraksi sebagai Batman, toh Batman sudah telanjur dianggap sebagai penjahat yang bertanggung jawab atas tewasnya pahlawan kota Gotham. 8 tahun berlalu, Gotham, kota megapolis paling maju di dunia, kini mempunyai angka kriminalitas yang minimal, aksi satuan kepolisian yang dipimpin komisaris Gordon (Gary Oldman) sudah cukup untuk menekan angka kejahatan. Namun, itu tak menghalangi gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Bane (Tom Hardy) untuk menghancurkan kota ini. Bane jelas bukan penjahat ecek-ecek, ia punya taktik dahsyat dan juga brutal, sehingga Batman harus turun tangan, namun setelah 8 tahun vakum dari dunia persilatan apakah Batman sudah siap menghadapi penjahat seberat Bane?
Yang gw tulis di atas itu udah intisari banget, karena film ini sendiri tetap memiliki lapisan plot yang kompleks. Enaknya, durasi film 2,5 jam lebih digunakan dengan baik oleh Nolan dalam memaparkan intrik-intrik dengan solid. Bagi gw tidak terasa dipanjang-panjangin, tetapi justru menegaskan alotnya musuh Batman, dan betapa besarnya pertaruhan kali ini, yaitu seluruh isi kota Gotham. Nah nggak enaknya (walaupun tidak berlaku buat gw *songong*), film ini cukup banyak mengambil referensi dari film Batman terdahulu, terutama Batman Begins (kalau The Dark Knight berkaitan di bagian awal film saja), toh disinyalir Bane terkait dengan kelompok ninja League of Shadows yang sempat diikuti Bruce Wayne dulu sebelum jadi Batman. Bagi yang udah lupa atau bahkan belum pernah nonton sama sekali (masak seh? Di Trans TV bukannya udah berapa kali yak?), rasanya akan cukup kesulitan memahami rujukan-rujukan ini termasuk, yang paling utama, motivasi penjahatnya yang memang tidak dibangun dari film yang ini saja. Tetapi jika sudah nonton atau masih inget dengan kedua film sebelumnya, niscaya Anda akan lebih mudah memahami bahkan akan tersenyum. Benar, Anda nggak salah baca, Rises adalah film Batman-nya Nolan yang paling banyak bikin senyum, terutama dengan kemunculan Selina Kyle (Anne Hathaway)—atau dalam semesta Batman lain disebut sebagai Catwoman, yang sering saling lempar rayuan dengan Bruce Wayne/Batman. Senang rasanya para penulis film ini akhirnya bisa rada santai.
Ngomong-ngomong karakter, Rises ini cukup banyak karakter barunya. Untungnya kemunculan dan "fungsi" karakter-karakter tersebut ditata dengan rapi dan bijak, mungkin juga pengaruh pemanfaatan durasi kali ya. Dan untungnya lagi, tidak seperti The Dark Knight, perhatian tidak terhisap pada satu karakter yang terlalu menonjol. Ini bisa jadi kekurangan, tapi bisa juga kelebihan, setidaknya Rises mengembalikan keunggulan Batman Begins dalam bidang
ensemble cast. Penampilan Tom Hardy sebagai Bane nggak mengecewakan, cukup berhasil menunjukkan emosinya, pas untuk tokoh penjahat yang penuh perhitungan (memang nggak sama dengan Joker dulu yang lebih banci tampil dan suka kekacauan tanpa alasan selain karena seneng aja)...dan
at least Bane di sini bisa ngomong nggak kayak yang di Batman & Robin (1997) =P. Demikian juga memikatnya Anne Hathaway sebagai Selina Kyle, ekspresinya itu lho asik banget. Seneng juga bahwa
emphasize tokoh Selina di sini bukan soal "kucing"-nya (bahkan tidak pernah disebut "Catwoman" di film ini), tapi lebih ke hakikat profesinya yang seorang pencuri super jagoan dan punya hubungan "
it's complicated" dengan Batman. Tokoh-tokoh baru yang nggak familiar seperti Miranda Tate (Marion Cotillard) dan John Blake (Joseph Gordon-Levitt) rupanya mendapat porsi cukup vital, dimainkan dengan baik, dan tokoh-tokoh ini dikembangkan oleh tim penulisnya dengan sangat sangat berkelas...
unless you're an avid fanboy and already have the idea of what they're up to =D.
Sedangkan untuk tokoh-tokoh "reguler" (bukan yang "AC"...ini ngomongin apa ya?), masih sanggup ditampilkan dan dibawakan dengan memikat. Ketika The Dark Knight tidak menggali lebih dalam tentang Bruce Wayne/Batman—mungkin karena dianggap sudah cukup di Batman Begins, dalam Rises kita kembali lagi melihat dimensi lain dari pahlawan kita, yang dalam penyendiriannya terpuruk dalam kesedihan karena kehilangan cinta sejatinya, dan prosesnya untuk, emm, bangkit kembali. Di sinilah keuntungan memiliki aktor dengan kedalaman akting mumpuni seperti Christian Bale yang dapat memerankan keadaan Bruce Wayne/Batman yang tergerus secara jiwa raga dengan mulus. Kedekatan emosional Wayne dengan Alfred (Michael Caine) pun terlihat semakin dalem terutama karena performa ciamik dari opa Caine. Demikian pula Gary Oldman dan Morgan Freeman yang masih stabil dalam membawakan karakter masing-masing sebagai Komisaris Gordon dan Lucius Fox yang simpatik.
Apa yang bisa gw bilang selain sangat terpuaskan oleh The Dark Knight Rises ini. Kelengkapan teknisnya sudah tak perlu dipertanyakan lagi, mulai dari sinematografi, efek visual, hingga tata suara dan tata musik semuanya sudah jaminan mutu. Besarnya cakupan dunia dan ceritanya diperlakukan dengan sepantasnya. Pembangunan karakter yang reasonable dan logis, semacam altered version dari komiknya, kembali muncul dan semakin asik saja di sini, sebagaimana tradisi pembangunan karakter Jim Gordon, Ra's Al Ghul, Dr. Jonathan Crane/Scarecrow, dan Harvey Dent/Two-Face di dua film sebelumnya (contoh jelas di film ini adalah Bane dan Selina Kyle/Catwoman yang atribut khasnya lebih fungsional). Lajunya pas, banyak adegan-adegan aksi yang lebih extravagant, aksi si motor keren Batpod pun makin membahana di sini—watchout for the ngepots =). Penyelesaiannya sangat-sangat memuaskan sampai menimbulkan senyum lama setelah credit title muncul, bikin lega sekaligus bikin excited. Masih banyak hal-hal yang mau gw bahas tetapi takut spoil terlalu banyak, namun intinya Bruce Wayne/Batman akhirnya berhasil membuat semua orang paham akan tujuan utama eksistensi Batman sejak awal dengan benar: bukan supaya semua bergantung padanya, melainkan menjadi lambang perlawanan yang murni terhadap kejahatan, menginspirasi penegakan keadilan dan kebenaran, yang dapat juga dilakukan oleh siapa pun. Tak harus bertopeng atau ber-gadget, yang lebih penting adalah tindakan yang nyata demi kebaikan sesama, sesederhana apa pun itu. The Dark Knight has risen!
My score:
8/10