Django Unchained(2012 - Columbia/The Weinstein Company)Written & Directed by Quentin TarantinoProduced by Reginald Hudlin, Stacey Sher, Pilar SavoneCast: Jamie Foxx, Christoph Waltz, Leonardo DiCaprio, Kerry Washington, Samuel L. Jackson, James Remar, Dennis Christopher, Don Johnson, Walton Goggins, Laura CayouetteHere's the thing, terlepas dari kecenderungan dalam karya-karyanya yang kaya akan referensi bahkan "mencontek" sinema generasi lawas,
which I am not exactly familiar with—maklum masih muda =P, gw merasa Quentin Tarantino adalah sineas yang cerdas dan iiis..timewaa *chibichibichibi*. Yang bisa gw simpulkan dari karya-karyanya seperti Pulp Fiction, Kill Bill, sampai
Inglourious Basterds adalah Tarantino tuh bikin film seenak udelnya aja, tetapi dia tahu persis apa yang dia ingin pertunjukkan. Pernah gw singgung sebelumnya, bahwa Tarantino seperti mengerti betul apa yang diinginkan dan dibutuhkan penontonnya. Contohnya, seringkali ia membuat adegan berisi dialog panjang dan ngalor ngidul, tetapi di saat yang tepat nyaris tak terduga, pasti akan ada
turn of event menggelegar yang menghalangi penonton jatuh tertidur. Hasilnya, mau cerita sepanjang apapun dan se-nggak-nyambung apa pun, Tarantino selalu berhasil menjaga
interest penontonnya.
He's a brilliant storyteller, even if the story was about nothing at all. Keistimewaan itu pun dibuktikan lagi lewat Django Unchained, yang disebut-sebut sebagai fusi
spaghetti western (film-film "koboi" buatan Italia era 1960-an) dengan drama perbudakan kaum kulit hitam di Amerika Serikat, terutama di wilayah selatan (
southern) abad ke-19.
Masih berkutat dengan tema pembalasan dendam, Django Unchained bercerita tentang Django (Jamie Foxx), seorang budak yang dibeli oleh bounty hunter (pemburu orang-orang tertentu demi uang) berkedok dokter gigi asal Jerman, Dr. King Schultz (Christoph Waltz). Alasannya karena Django dapat membantu Schultz menemukan beberapa buronan yang diincarnya. Selepas itu, Schultz yang pada prinsipnya menentang perbudakan meng-unchained Django dari status budak, kemudian mengajaknya berkelana sebagai bounty hunter juga. Django sendiri punya tujuan lain, yaitu menemukan istrinya yang terpisah darinya, Broomhilda (Kerry Washington), yang ternyata sekarang sudah dibeli oleh seorang tuan tanah berhobi aneh, Calvin Candie Jr. (Leonardo DiCaprio). Demi memuluskan tujuan itu, Django dan Schultz bekerja sama agar dapat membebaskan Broomhilda. Namun, seperti film-film Tarantino yang sudah-sudah, segala sesuatu tidak pernah berjalan sesuai rencana =D.
Ini adalah sebuah kisah petualangan bermotivasi dendam dan cinta, dan feel petualangan itu pun terasa. Bukan hanya dari durasinya yang sepanjang 2 jam 45 menit, melainkan juga dari peristiwa demi peristiwa yang dialami tokohnya yang rentangnya cukup panjang. Panjang, tetapi terasa lengkap, tidak terburu-buru, tidak juga dipanjang-panjangin. Secara tak buru-buru pula Tarantino mencoba menggambarkan borok kehidupan sosial di wilayah Amerika zaman itu di balik kemakmuran segelintir orang, dan di sinilah gw merasakan Tarantino seakan memberikan pernyataan sikap tentang perbudakan.
Dengan cara yang cukup ekstrem, film ini mengingatkan bahwa perbudakan itu tidak ada baik-baiknya. Dari perbedaan hak majikan kulit putih dan budak kulit hitam, sampai pelbagai bentuk penyiksaan yang memilukan, mulai dari cambuk, dipasung, dirantai, dimasukkin peti, disuruh saling bergulat sampai mati (dalam "olah raga" Mandingo fight), sampai diumpanin ke anjing, pake ada teori pembenaran pula (konon perlakuan ini cukup akurat menurut sejarah). Secara visual sih tidak terlampau gamblang (well, sort of), tetapi efek ngilu yang ditimbulkan bahkan melebihi adegan lainnya yang berisi tembak-tembakan berdarah-darah, karena di sini mereka juga disiksa secara batin. Ini mengejutkan, karena berbeda dengan kesan yang gw dapat ketika menyaksikan kekerasan dalam Kill Bill atau Basterds yang "ngeri" tapi seru, yang ini malah memunculkan suara hati "ya ampun manusia kok begini amat yak...".
Tetapi, hey, bukan Tarantino namanya kalau filmnya tidak menghibur. Di luar aspek tadi yang menurut gw lebih serius dari film beliau yang lain, Django Unchained tetap menyajikan pengalaman menonton yang asyik. Mulai dari gaya visual yang bergaya jadul (banyak zoom tiba-tiba ke muka =D), soundtrack-nya yang kadang nggak nyambung tapi tetep nyatu, sampai opening credits yang norak. Humor satir yang khas masih ampuh memancing tawa, begitu juga tumpahan darah di film ini sensasional karena dibuat sangat berlebihan, setiap tembakan ke tubuh efeknya muncrat membahana kayak buah semangka dibanting ke trotoar. Mana ada film koboi kayak gini =). Mungkin itu sebagai kompensasi dari kekerasan yang memilukan tadi, biar tetep kelihatan bo'ongan, dan somehow menurut gw itu seru *langsung bikin janji ke psikiater*.
Para aktor yang terlibat termasuk cameo-nya bermain mumpuni, terutama Waltz yang sangat nyaman dan likable, dan DiCaprio yang sukses dalam debut peran (murni) antagonisnya ini, namun pujian terbesar gw jatuh kepada Samuel L. Jackson sebagai tangan kanan Calvin Candie yang nyebelin, Stephen, yang kali ini sedikit di luar watak stereotipikalnya, agak konyol komikal sekaligus serem juga. Tarantino sendiri ikut tampil cameo sangat berkesan dengan "grand exit"-nya =).
Django Unchained adalah satu lagi bukti seorang Quentin Tarantino knows how to keep his audience satisfied. Bagaimana dialog-dialog panjang dengan topik layak simak diselingi aksi hyper-violent dibungkus dengan sinematografi apik dari Robert Richardson, karakterisasi kuat kadang nyeleneh yang dimainkan dengan apik oleh para aktornya, serta banyaknya referensi budaya sampai ke folklor dan sastra Eropa ditata sedemikian rupa bahkan membuat durasi film terasa tidak sepanjang itu, namun kini dengan tambahan...emm...sikap moral (?). Sebuah film beratmosfer gabungan film-film semacam The Good the Bad and the Ugly dengan Gone With the Wind (referensi gw mentok di situ doang =P) dengan konten yang lebih brutal tetapi juga lebih "asyik" disaksikan. Jika di tengah-tengah film muncul pertanyaan "ini film koboi tapi mana tembak-tembakannya?", let me assure you, sekalinya muncul adegan tembak-tembakan akan sama sekali tidak mengecewakan. Keren lah. Film ini tak hanya membuat penasaran, tetapi juga merenggut perhatian. Dan karena film ini gw juga baru tahu kalo sastrawan Alexandre Dumas itu "black" =).
My score:
8/10