Hari Ini Pasti Menang(2013 - Bogalakon Pictures)Directed by Andibachtiar YusufWritten by Swastika Nohara, Andibachtiar YusufProduced by Andibachtiar Yusuf, Mega Setiawati WidjajaCast: Mathias Muchus, Ray Sahetaphy, Zhendy Zain, Tika Putri, Ibnu Jamil, Ramon Y. Tungka, Verdi Solaiman, Henky Solaiman, Deddy Mahendra Desta, Manahan Hutauruk, Ario PrabowoNama sutradara dan penulis Andibachtiar Yusuf sangat lekat dengan sepakbola jika menilik filmografinya yang semuanya berkaitan dengan permainan yang konon paling digemari bangsa Indonesia itu. Mulai dari dokumenter The Conductors sampai fiksi panjang perdananya Romeo Juliet yang sempat ribut-ribut itu (yang justru semakin membuktikan bahwa premis filmnya nggak ngarang doang). Hari Ini Pasti Menang lagi-lagi mengangkat sepakbola, namun gw sendiri tidak melihat bahwa ini "film olah raga", gw malah melihatnya sebagai sebuah political thriller. Film ini sama sekali bukan kisah zero to hero, dengan klimaks kemenangan tim protagonis yang membanggakan mengharu biru. Hari Ini Pasti Menang bergulir "setelah" memiliki kemenangan itu, yang dapat dikatakan tidaklah lagi membanggakan.
Hari Ini Pasti Menang adalah sebuah perumpamaan tentang suatu bangsa yang "ketergantungan"-nya terhadap sepakbola diam-diam telah diperalat segelintir pihak. Ini bukan Indonesia yang kita kenal, ini "Indonesia" yang tim sepakbolanya punya prestasi yang grafiknya terus naik, bahkan sukses menembus perempat final Piala Dunia 2014 di Brazil. Pemain mudanya, Gabriel Omar Baskoro (Zhendy Zain) menjadi bintang idola setelah menyandang top scorer di sana. Gw yakin kalian yang membaca mulai bereaksi "ih, nghayalnya ketinggian banget", tapi sudahlah, that's not the whole point. Kisah film ini dimulai dari investigasi yang dilakukan wartawati sekaligus teman kecil Gabriel, Andien (Tika Putri) tentang judi dan pengaturan hasil pertandingan sepakbola di "Indonesia" ini. Praktik ini bukan sekadar taruhan-taruhan kecil, tetapi sudah merambah ke tingkat pemerintahan, pengusaha, bahkan pelatih, wasit, dan pemainnya sendiri, baik liga nasional maupun laga internasional, dengan nominal yang fantastis.
Film ini menyampaikan ironi. Di tengah gambaran ideal prestasi persepakbolaan Indonesia layaknya di Eropa, ditunjukkan pula bahwa ada harga yang harus dibayar. Sepakbola semakin digemari, di saat yang sama semakin digerakkan oleh uang, sehingga siapa saja yang niat dan kuat bisa menghasilkan uang dari sepakbola meskipun tidak terlibat secara kasat mata lewat judi dan match-fixing. Tujuannya bukan lagi menumbuhkan prestasi, melainkan pertumbuhan rekening dan gengsi. Malahan dari info salah satu narasumber Andien, prestasi sepakbola "Indonesia" hingga tahun 2014 itu merupakan salah satu efek dari praktik-praktik tersembunyi itu. Gaya hidup hedonis Gabriel pun tak luput dari pertanyaan, apakah benar itu semua murni didapat dari "jerih payah"-nya, terlepas dari kemampuannya yang diakui luar biasa. Mungkinkah kepercayaan publik, dan juga kebanggaan sang ayah Edi Baskoro (Mathias Muchus) yang setulus hati, jiwa, dan raga mendukungnya menjadi pemain sepakbola profesional, selama ini telah dikhianaaati *pasang lagu Kerispatih* demi uang dan kesenangan duniawi? Pengungkapan hal ini, terutama karena melibatkan orang-orang "besar" tentu akan berdampak masif, dan pihak yang "risih karena nggak merasa bersih" tentu tak akan tinggal diam.
Yes, gw lebih suka melihat film ini sebagai thriller konspirasi ketimbang drama berlatar olah raga. Emang sih kecenderungan gw lebih suka thriller-misteri ketimbang olah raga apalagi sepakbola. Benar kita melihat ada dinamika hubungan antar manusia dari Garbiel, ayahnya, dengan Andien, dengan coach Bram (Ray Sahetapy), juga manajer Gabriel, Emir (Desta), tetapi konflik di antara mereka muncul akibat isu ketidakjujuran itu. Adegan pertandingan sepakbola pun tidak sedikit, namun (cerdasnya) penonton diajak untuk lebih memperhatikan pengaruh judi dan match-fixing terhadap pertandingan itu. And everything is presented really well. Ada sih kecenderungan nyinyir dan banyak banget nyindir sana sini (dan umpatan-umpatan vulgar tapi kurang variatif =p), tetapi tidak terlalu mengacaukan fokus terhadap topik yang ingin disampaikan, sebab terlihat jelas bahwa Andibachtiar Yusuf dan timnya tahu betul apa yang mereka bicarakan. Dan karena stay to the topic itu pula film ini jadi punya sisi yang dapat menarik penonton awam atau yang rabun sepakbola kayak gw.
In the other hand, Hari Ini Pasti Menang juga cukup memuaskan sebagai sebuah sajian sinematik. Jalinan plot yang tampak kompleks terpapar cukup jelas dan dibangun dengan mantap. Pun gambaran "Indonesia" dimensi alternatif ini cukup mendukung, misalnya pemilihan sudut-sudut kota Jakarta yang terlihat "maju", atau lembar uang 200.000 bergambar Gus Dur. Sekhayal-khayalnya, setidaknya masih
plausible. Sinematografinya nyaman dipandang, tata suara dan musiknya oke, efek visualnya...emm..."lolos"-lah, dan penyuntingannya tepat guna, tidak terlalu ada yang menyeret-nyeret atau terlalu cepat. Penampilan deretan aktornya pun bisa dibilang
top of the game *halah*. Kita bisa menyaksikan Mathias Muchus dan Ray Sahetapy kembali unjuk performa kelas tuna. Demikian pula Tika Putri, Verdi Solaiman, Henky Solaiman, dan sang
scene-stealer Ario Prabowo sebagai bandar judi di lapangan, yang tampil sangat meyakinkan.
Penampilan perdana Zhendy Zain yang mukanya campuran Darius Sinathrya dan Naga Lyla itu juga nggak jelek-jelek amat, tapi mungkin agak kebanting sama aktor-aktor yang lain, atau mungkin juga karena ceritanya sendiri tidak memberi kedalaman lebih lanjut terhadap karakter Gabriel Omar, misalnya apa sebab gaya hidup dan tindak-tanduknya tidak terlalu dijelaskan selain karena...emmm...orangnya sok iye aja. Bagi penggemar sepakbola sendiri tampaknya akan diberi "traktiran" berupa banyaknya referensi tentang dunia sepakbola baik nasional maupun internasional di dunia "nyata", juga
cameo beberapa pemain sepakbola betulan, selain tentu saja adegan-adegan pertandingan yang cukup ekstensif. Tapi tentang adegan-adegan pertandingan ini gw pribadi mungkin gak terlalu dipuaskan karena pengambilan gambarnya yang tidak sedinamis harapan gw. Pengennya kamera gak cuma mengamati, namun juga "ikut main", seperti misalnya pertandingan
rugby di
Invictus, sehingga dapat membawa penononton seakan terlibat di lapangan. Tapi gak masalah, bisa dimaklumi, ya karena itu tadi, bukan di sana intinya.
Hari Ini Pasti Menang adalah film yang impresif buat gw. Sajian yang tak hanya cukup berbeda dan menghibur, namun juga memberikan asupan pemikiran. Tak hanya bagi pemerhati sepakbola, tetapi bagi semua yang merasa jadi bagian bangsa ini. Gw nggak menganggap bahwa film ini gegabah menuduh bahwa persepakbolaan Indonesia saat ini dipenuhi sama orang-orang jahat, atau menyatakan bahwa judi dan match-fixing benar-benar terjadi (kalo di Eropa sih gw denger emang terjadi). Wong setting-nya aja "dunia lain". Tetapi film ini tetap sebuah statement yang berani tanpa harus banal, bahwa kalau pun keadaan sudah lebih baik tapi orang-orangnya nggak berubah, ya sama aja bohong. Kalau motivasi orang-orangnya tetep nggak bener, mau sebagus apa pun prestasi sepakbola kita, tetep aja nggak bakalan benar-benar maju. Ironi-ironi itu rupanya terus ditunjukkan hingga detik terakhir durasi film ini (setelah kredit akhir bergulir...eh ini spoiler bukan yah? =p), yang seakan mengajak penonton untuk terus merenung, mau sampai kapan Indonesia membiarkan persepakbolaannya, atau bidang apapun yang menyangkut hajat hidup orang banyak, dikacaukan diurus oleh orang-orang yang tak benar-benar peduli dan tak bermotivasi murni. Kita dahaga akan gelar, penghormatan, dan kebanggan, tapi kita juga butuh kejujuran...tapi...hmm....
My score:
7,5/10