The BFG(2016 - Disney)
Directed by Steven SpielbergScreenplay by Melissa MathisonBased on the book by Roald DahlProduced by Steven Spielberg, Frank Marshall, Sam MercerCast: Mark Rylance, Ruby Barnhill, Penelope Wilton, Jemaine Clement, Rebecca Hall, Rafe Spall, Bill HaderSebagai pecinta film yang mainstream, gw termasuk yang selalu menantikan karya-karya Steven Spielberg yang manapun. The BFG tentu saja termasuk di dalamnya, apalagi mengetahui ini mengumpulkan kembali tim sukses dari film tersuksesnya, E.T.: The Extra Terrestrial (1982), yaitu Spielberg sendiri dan penulis skenario alm. Melissa Mathison. Ditambah lagi bekerja sama dengan Disney, dengan mengadaptasi buku anak-anak karya penulis tersohor Roald Dahl. How exciting is that? Udah lama juga Spielberg nggak bikin film fantasi semua umur--kecuali kalau War Horse (2011) diitung =D. I mean, it has to be great, right?
Oke, ceritanya dulu deh. Seorang anak perempuan yatim piatu bernama Sophie (Ruby Barnhill) yang penuh imajinasi dan agak-agak precocious tinggal di sebuah panti asuhan di London, Inggris. Suatu malam dia tanpa sengaja melihat penampakan seorang raksasa, dan raksasa itu kemudian menangkap Sophie dan membawanya ke rumahnya di negeri para raksasa. Meskipun raksasa seyogianya memangsa manusia seperti Sophie, ternyata si raksasa itu berhati lembut dan baik, disapa dengan nama Big Friendly Giant atau BFG (Mark Rylance), yang pekerjaannya mengumpulkan mimpi. Namun, dibilang "big" pun si BFG ternyata adalah raksasa paling kecil di negeri raksasa. Dia sering dirisak oleh raksasa-raksasa lain yang lebih besar dan liar dan sudah lama ngidam daging manusia. Maka Sophie dan BFG saling bekerja sama untuk saling melindungi, termasuk sebuah ide mustahil dengan meminta bantuan Ratu Inggris (Penelope Wilton) untuk mencegah huru-hara yang disebabkan para raksasa.
Gw merasa film ini it is what it is, mengalirkan segala unsur fantasi dan kepolosan ceritanya tanpa harus mewakili "nilai-nilai" tertentu. Maksud gw, nggak ada penjelasan yang gimana gitu tentang keberadaan raksasa dan keajaiban-keajaiban yang terjadi di cerita ini, segala sesuatu ya diterima aja dulu. Tetapi, mungkin ini yang jadi problem buat gw dalam menangkap cerita ini. Dengan penuturan yang agak lamban dan sedikit old-fashioned, gw belum bisa dengan sempurna memahami world-building dari cerita ini. Sampai pada akhir durasi gw seperti tertahan untuk masuk dan terlarut ke dalam dunia yang ditampilkan di layar, terlalu banyak hal yang gw lewatkan atau memang tidak dijelaskan. Dunianya mungkin dirancang penuh wonder, tapi jadinya malah bikin gw wondering *halah*, dan buntutnya gw jadi nggak peduli lagi.
Contohnya gini, si BFG bilang pekerjaannya menangkap dan membagikan mimpi, tapi apa yang dia dapat dari situ dan apakah dia bagi-bagi mimpinya ke semua anak-anak dengan random atau pilih-pilih, dan apa alasannya? Apakah semua mimpi di dunia berasal dari si BFG? Lalu, satu poin yang sangat mengganggu gw adalah kenapa raksasa-raksasa itu harus "dibasmi" oleh pihak manusia padahal belum berbuat apa-apa, 'kan itu lebih cenderung membenarkan sikap suudzon dan diskriminasi berdasarkan praduga bersalah. Mungkin pertanyaan-pertanyaan gw ini agak-agak overthinking dan partypooping untuk dipertanyakan terhadap sebuah film fantasi yang dimaksudkan agar bisa dinikmati anak-anak, tapi ya begitulah yang gw rasakan saat nonton film ini. Pace-nya yang lambat dan kurang hidup--sebelum sampai ke bagian Ratu Inggris yang cukup jenaka--pun tidak membantu gw untuk bisa lebih menikmati film ini.
Namun, mana bisa gw nggak dapat sesuatu yang gw kagumi dari film Spielberg. Gw sih tak bisa tidak memuji production design yang megah nan indah, musik dari John Williams yang memberi nyawa di beberapa bagian--walau kadang mirip nada-nada karya Williams buat Harry Potter, dan tentu saja visual effects-nya yang mulus, dan para aktor-aktris cukup punya nama (at least dalam ingatan gw) yang mau aja kebagian porsi sedikit mungkin karena bagaimana pun pengen ada di filmnya Spielberg =D. Beberapa sekuens panjang fantastikal khas Spielberg, terutama yang contiuous shot juga masih menghibur, walau kayaknya kalau dipersingkat akan lebih oke. Oh iya, dialog-dialognya juga dibuat agak lucu karena si BFG suka tukar-tukar kata, sayangnya agak kurang terepresentasi dengan baik dalam subtitel Indonesianya. Yah, lebih sayangnya sih bahwa gw kurang bisa merasakan magic dan warmth yang mungkin sebenarnya ada di film ini. Bisa jadi ini karya penyutradaraan Spielberg yang paling gw nggak nikmatin dalam dekade terakhir.
My score:
6,5/10
ADS HERE !!!