Petualangan Singa Pemberani: Atlantos 2(2016 - Batavia Pictures)
Directed by Lee CroudyStory by Firman Halim, Wisnu HartandiProduced by Lucki Lukman Hakim, Genesis Timotius, Christofer SantosaCast: Giring Nidji, Andhika Pratama, Arie Dagienkz
Proyek film animasi 3D dari produk es krim Wall's dengan tokoh singa Paddle Pop ini terus saja bermunculan di bioskop, gw berasumsi ini menandakan selalu ada aja yang nonton sekalipun nggak meledak-meledak amat. Lama-lama 'kan jadi penasaran. Seri film ini somehow dikelompokkan sebagai film Indonesia, sementara gw cek credits-nya animasinya diproduksi Thailand--konversi ke 3D-nya baru di Indonesia. Gw perhatikan gerak bibir tokohnya, film ini aslinya dibuat dalam bahasa Inggris, yang versi Indonesia hanyalah dubbing--pun dalam poster nama dubber yang dicantumkan cuma yang artis terkenal, yang dubber lain kayak sure-whatever gitu. Apakah agency-nya yang bikin dari Indonesia atau bagaimana, gw bingung juga sih menempatkan ini sebagai film Indonesia seutuhnya atau nggak. Tapi ya sudahlah, namanya juga demi engagement produk yang nggak hanya tersedia di satu negara, iyain aja dulu. Dan entah apakah keputusan yang tepat gw memulai nyoba seri ini dari Petualangan Singa Pemberani: Atlantos 2 yang notabene adalah film keenam dari seri ini sekaligus "sekuel" dari Petualangan Singa Pemberani: Atlantos, tetapi kayaknya nggak ngaruh juga sih. Ini adalah film yang dirancang dan dimaksudkan untuk menghibur anak-anak, dibuat sesederhana mungkin jadi kalaupun baru mulai sekarang pun bakal ngerti-ngerti juga.
Yang gw pahami dari episode kali ini adalah Paddle Pop (Giring Nidji) itu pangeran sebuah kerajaan yang gemar berpetualang dan memiliki kekuatan khusus dalam melawan kekuatan jahat. Kali ini, musuh lamanya Shadow Master (maaf pengisi suaranya gak gw catet pas end credits) bangkit kembali dan mengancam kelangsungan kehidupan di darat dan lautan lewat sebuah benda bernama Mutiara Laut (….iya setahu kita emang mutiara sebagian besar dari laut, tapi ya udah iyain aja dulu), sehingga Paddle Pop mencari cara untuk mengalahkannya. Hanya saja, kekuatan singa Paddle Pop tidak bisa maksimal di bawah laut, sehingga harus berguru pada sesosok singa pertapa bawah laut bernama Magus (Andhika Pratama), lalu meminta kekuatan dari kuil hiu putih, dan bekerja sama dengan musuh dari episode sebelumnya, Jenderal Khan (maaf pengisi suaranya gak gw catet pas end credits).
Film ini formatnya petualangan sangat "terstruktur", maksudnya setelah satu hal selesai, lanjut ke hal lainnya, seperti ada 9 episode cerita animasi pendek masing-masing berdurasi 10 menit yang disambung-sambung tapi nggak nyambung secara mood. Bikin gw nunggu kapan ini sampai ke poin utamanya, malah detour terus, sampe ngantuk karena apa yang disajikan di layar sangat plain dan nggak bikin gw excited meneruskan ceritanya. Nggak tahu ya, mungkin karena gw bukan segmen yang dituju film ini, tetapi gw memang hampir nggak mendapat value apa-apa dari menyaksikannya, lucu pun nggak—okelah bayi penyu raksasa itu kiyut sih, itu doang. Dan sayangnya lagi yang bikin film ini makin flat adalah penataan suara dan musiknya yang bener-bener flat, nggak ada dinamikanya. Padahal kalau melihat animasi yang tekniknya masih belum secanggih studio-studio Hollywood tapi udah termasuk rapi, bagian sound harusnya bisa membantu agar filmnya jadi "ekspresif", apalagi di bioskop yang sistemnya digital surround. Nyatanya ini nggak dimanfaatkan.
Untungnya, di sela-sela ngantuk itu gw bisa terhibur pada satu segmen, yaitu saat Paddle Pop dkk hendak masuk ke kuil hiu putih yang penuh tantangan untuk mendapat kekuatan singa darat dan laut (or something). In fact, gw sangat impressed pada bagian ini, karena selain desain visualnya adalah yang paling baik di sepanjang durasi film ini, tetapi juga penataan action yang cukup baik dan tension-nya terasa. Dan, di sini juga pesan moral terkuatnya disampaikan, hehe. Sayangnya ini bukan adegan klimaksnya, masih ada lagi yang lawan si musuh utama yang lagi-lagi plain, sehingga bagian kuil hiu putih ini nggak cukup untuk mendispensasi kebosanan gw selama satu jam sebelumnya dan 20 menit sesudahnya. Btw, ternyata kualitas animasi saat bagian close-up wajahnya bagus juga ya.
Jujur gw nggak tahu harus gimana menanggapi film ini. Ini film yang erat banget sama produk komersial tetapi untungnya tidak terlalu hardselling di ceritanya (ya iyalah heuheu). Konsep universe ceritanya juga okelah, tetapi karena dibawakannya terlalu kanak-kanak dan mengulang gaya kartun-kartun TV, jadi nggak menarik lagi buat gw. Ketika gw udahlah maklum aja sama animasinya yang belum sehalus Hollywood atau bahkan Jepang, teknis lainnya yang seharusnya lebih managable malah nggak ditangani dengan maksimal. Jadi ya udahlah, selama acceptable enough for kids, apa pun komentar gw atau anak-anak gedean mungkin nggak penting lagi.
My score: 5,5/10
ADS HERE !!!