Haywire(2012 - Relativity Media)Directed by Steven SoderberghWritten by Lem DobbsProduced by Gregory JacobsCast: Gina Carano, Ewan McGregor, Channing Tatum, Michael Angarano, Michael Douglas, Antonio Banderas, Bill Paxton, Michael Fassbender, Mathieu Kassovitz, Anthony Brandon WongSteven Soderbergh akhir-akhir ini menarik perhatian gw. Beliau ini sutradara produktif yang agak unik karena berani membuat berbagai jenis film dengan gayanya sendiri. Dari yang normal-normal saja dan disokong studio besar seperti Erin Brockovich dan Ocean's Eleven, hingga produksi independen seperti drama berat Traffic dan Che, bahkan pernah mengajak bintang porno Sasha Grey untuk main di film The Girlfriend Experience...yang,
sorry guys, bukan film porno. Setelah terakhir mengingatkan orang banyak untuk rajin cuci tangan di
Contagion, Soderbergh yang pernah memenangkan penghargaan sutradara terbaik di dua perhelatan paling bergengsi, festival film internasional Cannes dan Oscar ini kembali lagi ke jalur
indie dengan membuat film aksi silat pertamanya, Haywire. Mengajak bintang-bintang terkenal—yang sepertinya mudah sekali dilakukan Soderbergh, tokoh utama Haywire justru seorang mantan atlet Muay Thai dan
mixed-martial arts yang minim pengalaman akting.
Well you know story, lumayan tipikal. Soal seseorang agen/mata-mata/apapunitu yang dituduh melakukan kejahatan dan kemudian berusaha membalas dendam, membersihkan nama, sekaligus mengungkap pihak dibalik fitnah yang menimpanya. Jadi ada seorang perempuan tangguh bernama Mallory (Gina Carano), bekerja untuk sebuah agensi spionase swasta yang dikelola Kenneth (Ewan McGregor) yang sering dikontak pemerintah dalam melaksanakan misi hitam. Seusai sukses menyelamatkan seorang wartawan bernama Jiang (Anthony Brandon Wong) di Barcelona atas permintaan politisi Spanyol, Rodrigo (Antonio Banderas), Mallory mencium ada gelagat aneh berkaitan dengan misi terakhirnya itu ketika menjalani sebuah misi sederhana di Dublin, apalagi ia diserang oleh partner misinya sendiri, Paul (Michael Fassbender). Mallory tahu betul bahwa ada yang tidak beres, sehingga berusaha menghindari berbagai penangkapan, pulang ke Amerika, dan membongkar konspirasi dibalik usaha pelenyapan dirinya itu.
Tahan dulu, perlu diingatkan bahwa meskipun konsepnya adalah "film silat", Haywire tetap filmnya Soderbergh, yang suka membuat film yang konsepnya biasa jadi agak "menyimpang" dari kebiasaan, seperti membuat kasus nyata kejahatan korporat menjadi komedi satir di
The Informant! dan film tentang perampokan menjadi bergaya dan berkarakter lewat Ocean's Eleven. Jika banyak yang berharap Haywire adalah film
nonstop action seperti trilogi Bourne atau
Salt,
well sorry, Soderbergh dan penulis naskah Lem Dobbs kali ini lebih sering bermain-main dengan yang namanya kewaspadaan. Kita akan melihat bahwa penceritaan Haywire agak lamban, detil dan sunyi, namun gw sendiri cukup memaklumi kelambanan itu, tetap beralasan,
they're actually up to something, dan menimbulkan efek ketegangan, paling terasa ketika di kamar hotel Dublin. Toh kalo dipikir-pikir kesunyian justru deskripsi paling dekat dan tepat untuk bidang spionase. Kita bahkan menyaksikan adegan
ambush di bagian awal film dengan suara yang diredam (
quite stylish though). Namun, kejenuhan mungkin nggak bisa terhindar akibat cara seperti ini, gw juga merasakannya. Ada satu yang lucu, film yang plotnya agak
basic dan karakterisasi dangkal (sebagaimana kebanyakan film genre ini, hehe) ini seperti "memanjakan" penonton dengan memberikan penjelasan plot, yaitu dengan adanya tokoh Scott (Michael Angarano) yang dijadikan "pengganti" penonton untuk mendengar cerita Mallory, bahkan sampe disuruh ngapalin nama-nama tokoh yang disebut Mallory (=D), juga dalam cara pengungkapan konspirasi di akhir film yang caranya jelas dan sederhana sekali. Film ini sama sekali tidak bepura-pura jadi film pintar.
Tetapi jangan salah, ketika sampai pada bagian laga, Haywire benar-benar menampilkannya dengan maksimal. Adegan-adegan kelahinya, busyet, kayak beneran sih. Keras, brutal, riil, nggak banyak gaya (kelihatan dari gestur tubuh saat menerima serangan yang bikin teriak "anjrit!"). Wow, meskipun gaya penceritaannya gak kayak film aksi-silat biasa, bagian aksinya justru sangat istimewa, orisinil, keren, ditampilkan dengan jelas, real time tanpa slow-motion, dan editing yang tidak berlebihan, menunjukkan "keindahan" sebuah pertarungan dengan baik. Kerja stunt dan tata gambar yang sangat apik dan patut diapresiasi tinggi. Penantian akan kemunculan adegan-adegan aksi inilah yang membuat gw tetap bertahan di tengah lambannya laju plot yang ditampilkan. Menurut gw Soderbergh sudah memperlakukan genre martial arts-action dengan baik di sini, meski agak tidak biasa tetapi Haywire punya cerita yang jelas dan adegan aksi yang "sadeis" nian, plus gambar-gambar yang artistik dan bintang-bintang kelas wahid.
Permainan Gina Carano tidaklah mengecewakan, ia berhasil membawakan sosok tangguh dengan baik di tengah-tengah aktor kawakan, setidaknya kemampuannya terlihat selevel sama Channing Tatum (eh, gimana maksudnya? =P). Ketangguhannya juga menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Memang, untuk sebuah film aksi produksi Hollywood dengan taburan bintang dan sutradara ternama, serta seting elegan di Amerika dan Eropa, Haywire nampak kurang exciting, terlihat terlalu "indie" dengan kesunyian, cakupan minimal dan kurangnya hingar bingar—dan kalo boleh gw menyalahkan, musiknya tuh standar banget deh. Akan tetapi Haywire bukanlah film buruk apalagi gagal, bukan pula perusak reputasi Soderbergh ataupun orang-orang yang terlibat di dalamnya. Film ini keren, nggak berat, cuman mungkin tidak terlalu memuaskan segitunya amat. Dan setidaknya seting pertarungan klimaksnya bukan di pabrik terbengkalai =P.
My score:
7/10