One Day(2011 - Focus Features/Random House Films)Directed by Lone ScherfigScreenplay by David NichollsBased on the novel by David NichollsProduced by Nina JacobsonCast: Anne Hathaway, Jim Sturgess, Rafe Spall, Patricia Clarkson, Ken Stott, Romola Garai, Tom MisonMembuat sebuah film romantika itu susah-susah gampang. Gampang, karena sedangkal apapun kisah kasih yang ditampilkan pasti ada saja dari kalangan penonton yang akan merasakan "ini film kok gw banget" terlepas dari benar-benar suka filmnya atau tidak, boro-boro soal kualitas sinematiknya. Susah, karena membuat kisah cinta yang benar-benar baru itu hampir tidak mungkin, toh romansa 'kan begitu-begitu doang, soal pertemuan dua orang atau lebih yang saling mencinta kemudian akhirnya antara jadian dan bahagia atau berpisah dalam patah hati dan tragedi, that's it, nggak ada alternatif lain. Yang dibutuhkan agar kisah cinta, yang diceritakan berulang-ulang dalam bentuk karya seni umat manusia sejak dahulu kala, menjadi tetap "baru" dan nggak basi adalah cara penyampaiannya. Buat gw konsep One Day ini menyegarkan, kisahnya sih soal lika-liku percintaan sepasang pria dan wanita, nothing new, namun yang diceritakan pada audiens hanya satu hari di setiap tahun selama 20 tahun hubungan mereka.
Satu hari itu adalah 15 Juli. 15 Juli 1988 di Edinburgh, Emma (Anne Hathaway) dan Dexter (Jim Sturgess) baru saja pulang pagi sehabis pesta kelulusan mereka dari kuliah. Agak mabuk, Emma dan Dexter yang semasa kuliah nggak kenal-kenal amat ini berencana untuk melakukan hubungan eng-ing-eng, etapi nggak jadi, udah kesiangan kali, entahlah pokoknya mereka memutuskan jadi temen aja. 15 Juli tahun-tahun berikutnya kita melihat perkembangan kehidupan dua insan ini serta tentu saja hubungan keduanya. Mereka semakin akrab dan sangat sehati, soulmate lah, tetapi mereka selalu menghindari, atau membuat rintangan sendiri, agar tidak menjadi pasangan kekasih. Emma memulai kehidupan pascakuliah dari bawah namun pelan-pelan dapat mewujudkan impiannya menjadi penulis sastra. Dexter yang lebih outgoing memulai karirnya di dunia broadcasting dengan cemerlang, namun kemudian terjerumus dalam kehidupan tak sehat. Akan tetapi, Emma dan Dexter selalu saling memiliki dalam keadaan apapun itu, bahkan ketika mereka sudah punya pasangan masing-masing. Tapi sampe kapan mau begitu terus?
Jika dilihat dari segi cerita, ya kita bisa tebaklah formula dasar kisah romansa di sini: cewek-cowok itu nggak mungkin murni sahabatan (although this is still arguable in real life, konon lho). Kenapa sih mereka nggak jadian aja dari kapan tau? Ribet dan bikin gregetan adalah yang bisa gw ekspresikan untuk jalan ceritanya, sama gregetannya mendengar Anne Hathaway yang harusnya jadi orang Inggris tapi logat British-nya cuman kadang-kadang (mempunyai nama sama dengan istri William Shakespeare rupanya nggak menjamin kemampuan berlogat Inggris *gaknyambungjugasih*). Tetapi biarkanlah begitu, mungkin ini semacam gambaran istilah "it's complicated", sama-sama cinta, tahu, dan mau, tapi "takut merusak persahabatan", terserahlah...atau mungkin itu efek yang diinginkan dari pembuat filmnya? Jangan-jangan pembuat filmnya ingin penonton mem-"bego-bego"-in Emma dan Dexter, sehingga efek pada peristiwa-peristiwa besar di beberapa tahun terakhir menjadi besar pula efeknya? Jika memang demikian, berarti One Day cukup berhasil, setidaknya menurut gw.
Di luar itu, gw sebenarnya lebih tertarik pada struktur penceritaannya yang hanya menampilkan tanggal 15 Juli saja dari 1988 hingga 2011, yang katanya sih mengikuti struktur dalam novelnya. Struktur seperti ini yang membuat One Day berbeda dari roman kebanyakan. Penonton disuruh meraba gambaran keadaan Emma dan Dexter dalam satu hari setiap tahunnya, yang lumayan efektif. Yang lebih menarik adalah cara film ini tidak memaksakan setiap tanggal 15 Juli harus ada peristiwa besar nan dramatis. Ada kalanya seharian kita melihat Emma dan Dexter cukup intens dan lama, ada kalanya kita melihat mereka di tempat terpisah bahkan tak terhubung telepon, ada pula tahun yang dibuat sangat singkat atau seperti dilongkap, sebuah cara pengisahan yang unik. Setidaknya film ini terbebas dari kesan nggak natural atau dibikin-bikin, nggak kayak tiap episode serial "24" setelah musim pertama =P, dan sutradara Lone Scherfig membuatnya cukup enak diikuti. "Cukup" karena gaya sutradara wanita yang angkat nama lewat An Education (2009) ini memang lembut, subtle, dan tidak meledak-ledak, sehingga dalam sudut pandang lain pasti ada saja yang menganggap film ini menjemukan.
Tak hanya itu, menampilkan sekitar 20 babak dalam satu film berdurasi 100-an menit memunculkan resiko yang tak terhindarkan, yaitu kurangnya greget emosi. Waktu yang berjalan cukup ringkas memang kurang bisa memfasilitasi kedalaman karakter Emma dan Dexter, hubungan mereka, perubahan yang mereka alami, apalagi tokoh-tokoh lainnya, seperti Ian (Rafe Spall) pacarnya Emma, orang tua Dexter (Patricia Clarkson dan Ken Stott) atau Sylvie (Romola Garai) istri MBA-nya Dexter. Gw nggak merasakan peliknya permasalahan Emma dan Ian waktu mereka putus, ataupun kesedihan Dexter setelah meninggalnya sang bunda karena kanker. Tapi selama gw bisa paham the big picture, gw sih nggak masalah sama segi itu (gw blum baca novelnya loh, well gw emang gak baca novel apapun sih =P). Toh para aktornya bermain dengan cukup baik, ini tentu saja lagi-lagi jika mengabaikan logat Anne Hathaway =P. One Day adalah film yang cukup enjoyable, pengisahannya menarik, gambarnya pun enak dilihat baik dari sinematografi maupun sisi artistik yang mungkin riweuh juga ya dalam menampilkan perubahan zaman dengan sebaik mungkin di setiap babaknya. It's pretty good dan akan cukup mudah diingat karena beberapa hal tersebut, sayangnya bukan karena kadar ke-"menyentuh"-annya. Eh, tapi cara penutupannya cakep lho =).
My score:
7/10
ADS HERE !!!