Lovely Man(2012 - Karuna Pictures, Investasi Film Indonesia)Directed by Teddy SoeriaatmadjaWritten by Teddy SoeriaatmadjaProduced by Teddy Soeriaatmadja, Adiyanto Sumarjono, Indra Tamorron MusuCast: Donny Damara, Raihaanun, Yayu Aw Unru, Asrul DahlanMendengar Donny Damara berperan sebagai waria (wanita dalam pria, kali aja ada yang nggak tahu) atau banci sebetulnya familiar. Peragawan yang
hits di era 80-90-an ini pernah memainkan peran serupa di sebuah FTV berjudul kalo gak salah "Panggil Aku Puspa". Namun Lovely Man bukanlah versi film bioskop ataupun lanjutan dari FTV itu, melainkan film baru buah karya sutradara Teddy Soeriaatmadja yang juga menulis naskahnya, tentang pertemuan seorang waria dengan putrinya yang sudah lama ditinggalkannya. Sebuah premis yang sederhana tetapi langsung menarik perhatian karena penggambaran dua karakter utamanya yang ditabrakkan begitu kontras. Seakan menjadi
departure dari gaya Teddy yang biasanya memenuhi filmnya dengan gambar-gambar
picturesque (Banyu Biru, Ruang,
Ruma Maida), Lovely Man tampak lebih
gritty, lebih "indie", dan sederhana, sesederhana jalan ceritanya.
Cahaya (Raihaanun), seorang remaja putri berjilbab mengendarai kereta api sampai di Jakarta. Ia datang mencari ayahnya yang tidak pernah ditemuinya sejak kecil karena (sepengetahuannya) bekerja di Jakarta. Kita tahu bahwa ia pergi tanpa izin ibunya—diasumsikan mereka tidak tinggal di Jakarta, kali aja di Rangkasbitung atau Rengasdengklok, who knows, we can't really tell from her non-accented speech—dan kita juga tahu selain memori masa kecil yang indah dan secarik kertas bertuliskan alamat rumah susun yang diduga tempat ayahnya tinggal, Cahaya tidak tau apa-apa tentang sang ayah. Sesampai di alamat yang dituju, Cahaya tidak langsung bertemu dengan yang dicari, ayahnya sedang kerja, padahal hari sudah malam. Kaget dan galau berkecamuk, ketika Cahaya sampai di tempat kerja sang ayah yang di Jakarta dipanggil Ipuy (Donny Damara) itu, mangkal di pinggir jalan di bawah jalan layang, berpenampilan seperti wanita, menjajakan "jasa" untuk siapa saja yang lewat. Ipuy pun tak kalah kaget dan upset melihat anaknya datang menemui dirinya, namun ia juga nggak bisa mengusirnya begitu saja. Diawali dengan makan tengah malam bersama, semalaman itu Cahaya dan Ipuy, meski awalnya enggan dan canggung, mulai sedikit demi sedikit meng-catch-up apa yang tidak mereka tau dari satu sama lain selama berpisah.
Lovely Man ini memang terkesan sebagai film "kecil". Baik ruang, karakter, maupun durasinya terbilang minimalis (sejam lebih seperempat), namun kesederhanaan itu tetap menyimpan kekuatan. Naskahnya terbilang jitu dalam membagi informasi tentang kedua orang karakternya secara natural, tidak dipenuhi dialog-dialog atau situasi yang terlalu mengada-ada, tidak juga berusaha ngajarin atau membela, suatu hal yang menurut gw sangat penting untuk sebuah film yang isinya "ngobrol", bikin gw percaya dan tertarik sama apa yang mereka obrolin. Konsep mempertemukan seorang waria yang juga seorang pekerja seks komersial di kerasnya kehidupan ibukota dengan putri remaja satu-satunya yang berpenampilan alim lulusan pesantren di daerah—atau mungkin dalam pandangan masyarakat kita umumnya pendosa vs saleh— merupakan modal cerita yang punya kekayaan potensial, dan untungnya dikelola dengan baik. Apalagi, Teddy menambahkan berbagai dimensi yang membuat perkembangan obrolan ayah-anak ini menjadi lebih dalam dan tidak monoton, dramatis tetapi takarannya nggak over. Cahaya tidak hanya datang karena ingin kenal ayahnya sebelum melanjutkan hidup sebagai orang dewasa, pun ia seperti butuh shoulder to cry on atas sebuah kesalahan yang ia buat. Ipuy meski masih bertanggung jawab membiayai anak-istri, mengaku tidak merasa terpaksa hidup sebagai waria, sudah terbiasa dengan pandangan orang, serta punya sebuah rencana besar jangka panjang sehingga memicu dirinya menantantang risiko mengambil sejumlah uang dari pihak yang berbahaya.
Tak hanya itu, film ini lebih diperkuat lagi oleh penampilan Donny Damara dan Raihaanun. Dalam penampilan dua aktor ini, tidak tampak paksaan atau kepura-puraan. Pembawaan dialog dari masing-masing karakter tampak tulus, nyata dan meyakinkan, tak kuasa gw pun jadi peduli terhadap mereka. Gw melihat setidaknya 2-3 momen emosional yang menampilkan mereka berdua begitu menyentuh luar biasa (semisal di agak awal Cahaya dicecar Ipuy sampe nangis, hiks), sebuah pencapaian akting dari Donny dan Raihaanun (panggilannya apa ya ni anak?) sekaligus pencapaian pengarahan dari Teddy Soeriaatmadja. Dari karya-karya Teddy yang gw tonton, di Lovely Man inilah Teddy akhirnya bisa memberikan perlakuan tepat pada pemeran utamanya sehingga dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka (di filmnya lain yang bagus malah pemain pendukungnya). Sebuah aspek krusial yang membuat film yang sederhana ini justru jadi karya Teddy yang terbaik dan termatang menurut gw.
Gw merasa sebenarnya masih banyak yang bisa diobrolin oleh Cahaya dan Ipuy, sehingga mungkin filmnya bisa lebih panjang atau setidaknya lebih padat, kekosongan momen nggak cuma diisi sama gambar pemandangan, liat-liatan atau renung-merenung yang panjang (masih ada nih di film ini tapi yaudahlah). Akan tetapi, Lovely Man adalah sebuah "karya kecil" yang sudah cukup sebagaimana adanya. Ia menampilkan performa prima dari para aktornya, penceritaan dan dinamika adegan yang mudah dan enak diikuti, menyentuh, menghibur dengan sejumput porsi lucunya (terutama pada karakter-karakter komunitas waria yang punya bahasa sendiri itu), dan cukup engaging secara visual. 'Kecil' dan 'sederhana' mungkin tetap jadi bayangan yang tak terpisahkan dari film ini buat gw, toh film ini hanya bercerita tentang sebuah situasi unik dan tak biasa dalam rentang waktu nggak sampe 24 jam. Namun demikian, Lovely Man tetap mengusung sebuah tema besar: cinta kasih dua insan bertalian darah tidak selalu bisa saling dekat akibat situasi dan pilihan bertindak masing-masing. Adegan pamungkasnya menegaskan tema itu. Walaupun peristiwa-peristiwa sebelumnya mengarahkan perkiraan kita pada yang enggak-enggak, sebenarnya kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya. Pertemuan Cahaya dan Ipuy sebagai ayah dan anak, sesederhana nyuciin piring atau pindahin ke kasur sekalipun, adalah momen-momen yang patut dirayakan bagi mereka berdua, apapun yang telah dan akan terjadi.
My score:
8/10
ADS HERE !!!