Looper(2012 - FilmNation/Endgame/DMG/Tristar)Written and Directed by Rian JohnsonProduced by Ram Bergman, James D. SternCast: Joseph Gordon-Levitt, Bruce Willis, Emily Blunt, Jeff Daniels, Pierce Gagnon, Noah Segan, Piper Perabo, Paul Dano, Summer Qing, Tracie Thoms, Garret DillahuntDalam sebuah permainan "takdir" atau mungkin sengaja, dua aktor tua dan muda yang akhir-akhir ini lagi lareis-lareisnya karena main dalam sejumlah film yang dirilis dalam waktu tidak terlalu jauh ternyata bersinggungan di sebuah film yang sama, Looper. Kedua aktor itu adalah aktor kawakan Bruce Willis (sedikitnya 5 film rilis tahun 2012 ditambah 2 lagi tahun 2013), dan yang lagi naik daun bener, Joseph Gordon-Levitt (terdaftar di 4 film di paruh akhir 2012 ini saja). And funny enough, keduanya bermain sebagai tokoh yang sama dalam film fiksi ilmiah ini, sebagai versi tua dan versi muda dari seorang tokoh bernama Joe. Interesting.
Kisah Looper sendiri juga sama menariknya dengan casting pemeran utamanya itu. Ditulis dan diarahkan oleh Rian Johnson, Looper berseting di Amerika tahun 2044, sebuah masa yang bisa dibilang maju sekaligus bisa dibilang balik lagi ke zaman koboi ketika orang-orang bisa seenak jidat menjarah dan kokang-kokang senjata api tanpa takut hukum, ekonomi semakin memburuk sehingga gap kaya dan miskin semakin nyata, bahkan mata uang yang berlaku adalah duit China. Namun di luar itu, Looper berkaitan kuat dengan perjalanan waktu yang penjelasannya mungkin akan membingungkan kalau tidak diperhatikan baik-baik. Mesin agar orang dapat melompat waktu memang baru ada 30 tahun kemudian, namun bukan berarti tidak ada aktivitas perjalanan waktu pada tahun 2044, meskipun hanya pasif, jadi tempat tujuan saja (dari masa depan), nggak bisa buat keberangkatan—ya karena mesinnya saat itu belum ada. Meski demikian aktivitas perjalanan waktu dinyatakan ilegal, dan akhirnya mesin waktu ini secara diam-diam dikuasai para kriminal dan mafia, dipergunakan untuk melenyapkan orang-orang tertentu, biasalah mafia. Cara kerjanya begini: para penjahat masa depan mengirim tawanan ke masa lalu, lalu dibunuh di masa itu dan mayatnya dibuang tak berbekas, sehingga di masa depan tempat asalnya keberadaan tawanan ini tidak dapat terlacak. Bersih tak berbekas.
Para agen masa kini yang bertugas membunuh tawanan dari masa depan itu disebut looper. Joe (Joseph Gordon-Levitt) adalah salah satunya. Di spot yang sama pada waktu yang ditentukan ia selalu siap dan sigap mengeksekusi siapa saja yang dikirim oleh "bos"-nya di masa depan. Namun, Joe tak kuasa memperhatikan bahwa semakin banyak looper yang dipensiunkan. Jadi ceritanya gini: agar segalanya benar-benar tak berbekas, para looper ini pun pada suatu saat di masa datang akan dikirim ke masa lalu lalu dimatikan oleh versi muda diri mereka sendiri. Yang versi muda ini lalu diberi pesangon, pensiun sampai saatnya tiba mereka dikirim ke masa lalu untuk dilenyapkan (hence, "loop", berputar terus *langsung puter "Loop&Loop" Asian Kung-Fu Generation* *biarin nggak nyambung juga*). Akan tetapi lama kelamaan, penghentian para looper ini semakin tak wajar karena terlalu sering dan berdekatan. Hingga akhirnya tiba waktunya Joe sendiri. Semua tak sesuai rencana, karena Joe tua (Bruce Willis) berhasil meloloskan diri dan membuat organisasi yang menaungi para looper kewalahan. Joe muda pun bertekad akan menangkap dan membunuh dirinya itu. Apa yang sebenarnya terjadi di masa depan?
Harus gw akui bahkan apresiasi setinggi-tingginya, bahwa Rian Johnson punya ide yang keren, pengembangan konsep time travel yang lebih exciting karena berkaitan erat dengan situasi sosial serta kriminalitas. Ia bahkan memasukkan lagi unsur alternate universe, bahwa orang bisa mengubah sejarah sehingga masa depan pun bisa berubah. Johnson memaparkan, menunjukkan sambil menjelaskan dunianya itu dengan cukup menarik, dalam laju yang cepat namun pada dasarnya tidak sulit-sulit amat untuk dimengerti. Setelah merasa cukup tentang gambaran semesta Looper ini, cerita kemudian bergeser menjadi lebih personal, tentang Joe tua yang bermisi melakukan tindakan "kecil" demi mencegah sesuatu untuk terjadi, sedangkan Joe muda berusaha meringkus Joe tua. Sayangnya, paruh kedua ini, yang plot point-nya mirip bener sama waralaba film aksi time travel yang terkenal itu yang bahkan nama salah satu tokoh (wanita)-nya beda tipis, lebih senyap dan tidak se-exciting bagian awalnya. Mungkin filosofinya adalah hal sekecil apapun dapat membuat perbedaan besar di masa datang, tetapi buat gw paruh kedua yang berlingkup kecil ini sangat statis jika dibandingkan dengan menit-menit sebelumnya yang lincah. Tapi setidaknya masih cukup membuat gw menantikan akhir kisah film ini.
Then again, Looper cukup berhasil dalam mempresentasikan kisah besar yang cukup rumit dengan gaya indie movie yang cenderung berskala kecil dan tak terlalu hingar-bingar, yah meskipun adegan laga dan ledakan senjatanya juga masih lantang. Bagaimana ia menyelipkan metafora sosial juga menarik, misalnya semakin maraknya orang-orang berkemampuan telekinesis namun tidak dimanfaatkan secara maksimal, generasi pemuas diri sendiri yang hanya menggunakannya untuk main-main dan menyia-nyiakan potensinya. They'll learn their lesson soon...well, in one of many possible universes, at least =p. Atau kalau mau lebih politis, dari pakaian orang masa depan, mata uang, dan kebersikerasan si bos Abe (Jeff Daniels) menyarankan Joe jangan kabur ke Prancis seakan memproyeksikan bahwa di masa depan bangsa China-lah yang akan menggeser USA sebagai kekuatan ekonomi dunia. Subtil, tapi sulit untuk diabaikan. Penampilan aktornya terbilang fine, namun Gordon-Levitt adalah bintangnya, ia semakin menarik di sini karena usahanya (yang berbuah hasil gemilang) untuk sedekat mungkin bertutur dan bergestur seperti Bruce Willis, sehingga kesan bahwa Joe muda dan Joe tua adalah orang yang sama semakin kuat. He's ridiculously nailed it, walaupun dari segi makeup malah membuatnya mirip anggota Baldwin bersaudara.
Bingung dengan review saya ini? Gakpapa, yang nulis aja bingung kok, hehe. Toh seperti ditegaskan dalam film ini sendiri, kita tak perlu pusing berkutat pada konsep time travel, tokohnya sendiri bilang itu bingungin, gimana kita =P. Rian Johnson seperti mengajak mari fokuskan pada misi si (kedua) tokoh (yang sama) ini. Sayangnya eksekusi plot utama yang sederhana itu malah menurunkan semangat gw dalam menyaksikannya, terlalu di-stretch dan konklusinya pun kurang sebanding dengan hebatnya ide yang ditawarkan di awal. Jadinya kekerenanya nggak paripurna, kepuasan yang kurang utuh bagi gw.
My score:
7/10
ADS HERE !!!