Demi Ucok(2013 - Kepompong Gendut/Royal Cinema Multimedia)Written, Produced & Directed by Sammaria SimanjuntakCast: Geraldine Sianturi, Mak Gondut, Saira Jihan, Sunny Soon, Richard H. Siahaan, Nora SamosirPerempuan Batak itu tugasnya cuma tiga: kawin sama pria Batak, bikin anak Batak, dan cari menantu Batak. Entah itu adat "baku" dalam kebudayaan suku Batak atau bukan, yang pasti seperti itulah yang dirasakan Gloria "Glo" Sinaga (Geraldine Sianturi), seorang aktris dan filmmaker independen yang punya mimpi lebih besar daripada 3 tugas tadi. Ia merasa, hidup sebagai perempuan Batak konservatif adalah lingkaran maut, yang tidak memaksimalkan potensi diri. Ia berkaca pada opung dan maknya, Mak Gondut (Mak Gondut), yang sewaktu muda punya mimpi besar jadi bintang, tapi akhirnya urung karena "cari aman" dengan menikah muda dan berkeluarga. Lalu datanglah momen putus asa itu. Setelah film pertamanya terbilang sukses dan meraih piala Citra, Glo belum kunjung dapat mewujudkan film keduanya hingga empat tahun, karena tidak ada dana. Melihat usia Glo sudah mencapai 29, kali ini si Mak mau mengusahakan dana buat Glo, tak tanggung-tanggung ia janjikan 1 milyar rupiah...asalkan Glo mau segera menikah...tentu saja sama Batak.
Adalah menarik ketika memeriksa segala cerita dan berita tentang film Demi Ucok ternyata tertuang juga dalam filmnya sendiri. Maksud gw,
struggle yang dialami Glo jelas-jelas adalah cerminan dari sang penulis dan sutradara sendiri, Sammaria Simanjuntak. Sammaria adalah
filmmaker independen
peraih Citra untuk Skenario Asli Terbaik (bersama Sally Anom Sari) lewat film pertamanya yang diputar terbatas tapi disukai banyak orang (kecuali gw =p),
cin(T)a tahun 2009, dan baru pada tahun 2012 Sammaria membuat film keduanya ini. Kesulitan dana yang akhirnya terselesaikan oleh
crowd-funding (sumbangan khalayak) lewat internet, dan akhirnya meng-
cast maknya sendiri, Lina Marpaung sebagai tokoh Mak Gondut (nama yang kemudian dijadikannya "nama artis" sang ibu =]),
it's all here. Gw menangkap sinyal Demi Ucok adalah sebuah kisah jujur seorang Sammaria tentang kehidupannya sendiri: hubungan dengan maknya, curhatnya tentang adat budayanya sendiri, dan juga tentang susahnya bikin film, tentu saja di sini semua ditampilkan dalam versi komikal nan absurd demi memaksimalkan komedinya.
Unsur komikal yang dihadirkan Demi Ucok sebenarnya cukup standar, namun komedi yang paling lantang justru datang dari karakterisasi dan dialog-dialog antara Glo dan Mak Gondut. Sebetulnya dua orang ini normal saja, tapi karena pendiriannya beda jadinya selalu ada perselisihan dan perang kepentingan yang "sengit", nyata tapi kocak. Glo adalah seorang yang berusaha idealis yang tidak tertarik dengan cinta dan hanya ingin membuat film, ingin membuktikan bahwa ia bisa live by passion. Sedangkan si Mak adalah...well, emak-emak, yang pada masa senja sejahteranya mencari-cari kesibukan mulai dari arisan sana-sini, MLM, sampe ikutan partai politik, selain sibuk nyariin jodoh buat anaknya (kembali ke kalimat pertama ulasan ini). Kedua orang ini sama-sama keras kepala (tapi si Mak mengejawantahkannya dengan lebih santai dan lucu =D), yang untungnya diberi kalimat-kalimat sindiran tokcer oleh sang pembuat film, bahkan si Mak Gondut tetep bisa jleb jleb jleb kalo soal putrinya yang masih jomblo =D. Sammaria kali ini sukses menata cerita dan karakternya dengan lebih rapi dan mudah dicerna, mungkin karena bercerita dengan jujur (bukan cuma cerdas), sampe-sampe berhasil membuat gw merasakan malunya Glo pada berbagai kelakuan si Mak, sebagimana ada kalanya gw malu sama kelakuan emak gw sendiri. It felt real, and that's what makes the film works.
Buat gw, Demi Ucok yang lebih jujur dan lebih ber-hati ini jelas kemajuan besar dari cin(T)a yang pretensius dan ceritanya (kalau memang ada) terhalang oleh barisan quote demi quote yang disambungkan dengan editing yang lebih mirip trailer daripada film itu. Demi Ucok memang masih menyimpan kenyinyiran dan "kata-kata bijak" di mana-mana, tetapi perhatian gw tidak tertuju ke sana, melainkan pada kisah Glo dan maknya, yang mencerminkan banyak sekali kisah tali kasih orang tua dan anak di sekitar kita. Di balik perselisihan Glo dan Mak Gondut masih ada kasih sayang yang terpancar kuat bahkan bisa sampai mengharukan. Banyaknya sindiran tentang berbagai hal, kualitas teknis yang masih indie banget (masih pake kamera video), dan ada beberapa lawak yang kurang lucu dan atau relevan (terutama yang melibatkan tokoh Niki (Saira Jihan), A Cun (Sunny Soon), dan filmmaker Malaysia Qazrina Umi (Nora Samosir)), juga munculnya imaginary alter ego dari Glo yang sangat berlebihan dan tak berfungsi, nyatanya nggak terlalu mengganggu gw dalam menikmati film ini. Terhadap "perang" pendirian Glo dan Mak Gondut yang mendominasi film berdurasi singkat 79 menit ini, gw bisa paham, bisa simpati, tetap terhibur dan bisa tertawa geli, bukan menertawakan. Itu saja sudah cukup.
My score:
7,5/10
ADS HERE !!!