Oblivion(2013 - Universal)Directed by Joseph KosinskiScreenplay by Karl Gajdusek, Michael DeBruynBased on the graphic novel, original story by Joseph KosinskiProduced by Joseph Kosinski, Peter Chernin, Dylan Clark, Barry Levine, Duncan HendersonCast: Tom Cruise, Morgan Freeman, Olga Kurylenko, Andrea Riseborough, Melissa Leo, Nikolaj Coster-WaldauEntah datangnya dari mana, tahun-tahun belakangan ini gw agak enggan untuk buru-buru menyaksikan film-film yang dibintangutamai Tom Cruise. Mungkin eneg karena hampir setiap poster film-filmnya harus kudu ada muka dan nama dia gede-gede? Mungkin karena rata-rata aktingnya terlalu sadar-diri-kalau-keren-dan-terkenal-jadi-harus-belagak-cool-terus-terusan? Atau mungkin karena gw sirik aja? Anyway, begitu pula dengan Oblivion ini. Sure, film ini bakal laris, sebuah film fiksi ilmiah futuristik penuh efek visual dan ada Tom Cruise-nya pula. Tapi ya gw nggak excited-excited amat. Gw memutuskan menunda nonton film ini di minggu pertama dengan pertimbangan supaya nggak merusak anggaran dasar nonton bioskop bulanan (karena HTM semua bioskop udah pada naik rata-rata 20%, cih), dan juga memprioritaskan film-film Indonesia yang umumnya berumur lebih pendek di bioskop. Gw rasa bulan depan juga film ini masih ada, Tom Cruise gitu loh. Pun rupanya reaksi teman-teman yang sudah nonton duluan sungguh bervariasi layaknya harga tiket pesawat terbang di internet. So let's see.
Tahun 2017, Bumi diinvasi makhluk asing yang disebut Scavs dengan meledakkan Bulan, sehingga memaksa manusia melawan dengan senjata nuklir. Kaum manusia menang, tetapi Bumi tetap luluh lantakh ("kh" supaya kayak Bams Samsons). Tahun 2077, sebagian penduduk Bumi telah bermigrasi ke salah satu satelit Saturnus, Titan. Sebagiannya lagi masih singgah di stasiun luar angkasa yang mengorbit Bumi yang disebut Tet, jangan tambah "e" lagi. Jack Harper (Tom Cruise) bersama rekan-tapi-mesranya, Vika (Andrea Riseborough) kini dalam sisa 2 minggu shift kerja sebelum bisa balik ke Titan, sebagai petugas pengawas mesin-mesin yang sedang mengumpulkan sumber energi Bumi yang masih tersisa agar dapat dibawa ke Titan. Dan demi kelancaran dan fokus dalam bertugas, baik Jack maupun Vika sudah dihapus ingatannya sebelum terjun ke Bumi. Tak hanya inspeksi dan memperbaiki kalau ada mesin yang rusak, Jack harus melindungi mesin-mesin itu dari gerilya kaum alien Scavs yang ternyata masih ada tersisa di Bumi. Meski tak memiliki ingatan masa lampau, Jack rupanya masih sering diganggu mimpi-mimpi tentang kota New York sebelum perang yang selalu dibintangi sesosok wanita yang sama. Suatu ketika dalam inspeksinya ia menemukan Julia (Olga Kurylenko), wanita yang selalu muncul dalam mimpinya itu. Kehadiran Julia menjadi awal dari pengungkapan segala hal, membuat Jack mempertanyakan semua yang ia ketahui dan yakini selama ini.
Oblivion sejak awal sudah mengetengahkan
tone misteri dalam kisahnya. Keadaan yang sunyi, polos, monokromatis, dunia serasa milik Jack dan Vika berdua bahkan yang ngontrak pun nggak ada, dan senantiasa ada pertanyaan demi pertanyaan yang menghinggapi penonton, mulai dari apa, siapa, bagaimana, mengapa, hingga kapan...kapan ini film selesai, hahaha. Harus diakui bahwa plot yang dibangun oleh sutradara Joseph Kosinski memang bergerak lambat. Perkenalan tokoh dan situasi Bumi 2077 ini terlihat terperinci dan di saat yang sama terasa lelet, malah konflik baru muncul ketika Julia hadir, yakni nyaris satu jam setelah film berjalan...atau setidaknya rasanya satu jam, entahlah,
you know what I mean lah. Tapi di mata gw, itu semua sebenarnya cukup terlunasi, terutama dari segi visual.
Terlepas dari laju cerita yang mungkin terlalu terulur, serta tidak semua misteri terungkap dengan jelas atau terlalu sambil lalu (ini merujuk pada kemunculan Morgan Freeman
and the gang =p), Oblivion sesungguhnya adalah film yang dibuat dengan jeli, dan tentu saja layak ditonton. Selambat-lambatnya penuturan dan seaneh-anehnya beberapa titik cerita, film ini tetap cukup solid dalam membangun alur dan karakternya. Apalagi, sebagaimana karya debut Kosinski sebelumnya,
TRON: Legacy yang juga (malah lebih) lemah di jalan cerita, adegan-adegan laga dan rancangan visual
grande-nya sangat memuaskan. Adegan laganya bahkan 1-2 kali memancing gw untuk berseru "anjreet" =). Demikian pula desain futuristik minimalis nan
sophisticated dari rumah, mesin-mesin serta peralatan yang diperlihatkan—dengan tema desain "bundar-bundar"—sungguh memanjakan mata. Efek visualnya jempolan, khususnya karena dapat membuat mesin-mesin terbang jadi tampak sangat
tangible.
The swimming pool on the tower is really fancy.
|
Tapi kolamnya serem juga sih kalau bawahnya bening gitu... |
Faktor pemainnya turut melengkapi dengan oke sekalipun nggak terlampau istimewa
karena nggak pakai telor. Mungkin yang paling menonjol adalah penampilan Andrea Riseborough yang tampak cerah tapi misterius itu. Cakep banget sih enggak, tapi
British accent-nya itu lho =). Dan, yaah, Tom Cruise okelah, tetep dengan kesan gw-bintang-utama-jadi-harus-selalu-tampak-dan-terdengar-keren-termasuk-di-intonasi-bicara, tapi setidaknya di sini beberapa kali tampak jelas doski melakukan adegan-adegan berbahaya (
stunt) sendiri tanpa pengganti—jika bukan berarti visual efeknya canggih banget =p. Salut lah.
All in all, techincally, Oblivion ini oke sekali. Gambarnya
clean dengan komposisi yang anggun (dan katanya disyut dengan kamera digital beresolusi 4K yang sangat jernih), tata suaranya keren, tata musiknya yang dibuat grup elektronik Prancis M83 juga asoy sekalipun sering terdengar seperti versi
remix karya-karya Hans Zimmer. Gambaran keadaan alam Bumi yang hancur dan kosong juga menimbulkan kekaguman karena sebagian bukanlah gambar murni animasi melainkan pemandangan lokasi betulan, yang mengingatkan pada adegan pembuka
Prometheus...dan emang ambil lokasinya sama-sama di Islandia juga. Ih, kok nyontek sih?
Well, untuk hal ini, jika diperhatikan Oblivion memang mengambil banyak referensi dari kisah-kisah di film lain, terutama yang fiksi ilmiah. Selama perjalanan film ini, kita bisa merasakan vibe seperti film-film fiksi ilmiah terkenal macam Wall-E, The Matrix, Dark City, Star Wars, Moon, Independence Day, Total Recall, Planet of the Apes, hingga 2001: A Space Odyssey. Bahkan referensi film yang terakhir itu cukup "vulgar" dengan pemakaian Odyssey sebagai nama pesawat naas yang ditumpangi Julia. Dan rasa-rasanya, kalau paham sama referensi-referensi tersebut, penonton bakal banyak tersenyum dengan Oblivion ini, baik karena gambar maupun jalan ceritanya yang "wah, ini/itu/anu banget nih". Tapi, mungkinkah Joseph Kosinski yang juga menggagas cerita aslinya dalam format komik ini (tapi belum terbit) emang nggak kreatip dan bisanya nyontek doang, atau justru meniatkan Oblivion sebagai penghormatan pada genre ini? Silahkan nilai sendiri. Sedangkan buat gw, ide-ide "orang lain" itu dileburkan dengan cukup baik dan mulus kok, malah bikin gw penasaran untuk menyimak hingga akhir, dengan cara seperti (film) apa Kosinski akan menyelesaikan filmnya. Oblivion, sebuah suguhan cukup apik dan traktiran yang menyenangkan khususnya bagi penggemar bidang sci-fi, dan umumnya bagi siapa pun yang mau sedikit bersabar =P.
My score:
7/10