10. 青の光景 (Ao no Koukei)
秦 基博 (Hata Motohiro)
Setiap albumnya Hata Motohiro layak didengar karena yang nyanyi adalah Hata Motohiro. Ini terdengar seperti fandom akut, tetapi itu kembali terbukti di album orisinalnya yang kelima ini. Materinya sendiri gw nggak bisa bilang suka semua, yah 60 persenlah, karena di sini mulai terasa kayak ada "filler" (maksudnya lagu yang nggak seberapa oke tapi tetep dipakai buat menuhin album), tetapi gw cukup suka dengan beberapa hal coba-coba yang dilakukan di segi aransemen. Mungkin mengikuti judul, mood keseluruhan album ini agak menggambarkan warna "biru", bahkan lebih sendu dari album-album sebelumnya—"Himawari no Yakusoku" itu cuma satu dari sekian track yang begitu. Nevertheless I still rather enjoy it.
9. Get Weird
Little Mix
Ini termasuk yang paling cheating di daftar ini, karena rilis sekitar akhir bulan November 2015—ya bolehlah ya *maksa*. Gw juga baru terdorong untuk dengar satu album pertengahan tahun 2016, and oh boy selama berpekan-pekan album ini selalu gw putar di mobil saking asyiknya sebagian besar isi album ini. Walau girlband Inggris ini udah ada lama, dalam pengamatan gw mereka dan khususnya album ini bagaikan angin segar, karena masih condong ke pop murni yang mengandalkan nada dan beat enak dan mengakomodasi vokal keren keempat personelnya (dan dalam porsi yang adil), bukan berusaha terlalu pengen sok mencampurkan bunyi-bunyian terlalu aneh hanya karena sedang ngetren—yang justru bakal menghilangkan kekuatan melodi dan harmoni mereka.
8. YELLOW DANCER
星野 源 (Gen Hoshino)
Penyanyi kerempeng dengan tone vokal yang agak berat ini sepertinya cinta sekali dengan warna musik soul 1970-an dan Motown, lalu diaplikasikan dalam melodi dan belokan chord khas pop Jepang yang terkadang terdengar quirky namun menyenangkan juga. Dari deskripsi yang agak ribet dari gw tersebut itulah lagu-lagu dalam album terbaru Hoshino ini meluncur, dari yang style disko lawas sampai ballad yang smooth, dengan bunyi-bunyian yang terdengar vintage tapi juga segar. Nggak salah sih kalau popularitasnya di Jepang makin naik.
7. CIGARETTE & ALCOHOL
LUCKY TAPES
"Perjumpaan" gw dengan band Jepang ini bener-bener kekinian deh: nemu single "Lady Blues" di YouTube, lalu mengulik dan pada akhirnya menikmati album ini di Spotify. LUCKY TAPES ini ketahuan masih indie banget, tetapi album ini cukup menunjukkan kematangan mereka akan musik apa yang mau mereka berikan. Kental unsur rock dan jazz, sekalipun vokalnya kurang "hidup" untuk selera gw, namun lagu-lagu yang dimuat di sini termasuk solid, nyala, dan tentunya sangat enjoyable. Gw bahkan sampai jauh membayangkan mungkin seperti inilah musik Maroon 5 sekarang andai mereka nggak memutuskan berubah =p.
6. 両成敗 (Ryouseibai)
ゲスの極み乙女。(Gesu no Kiwami Otome)
I really wanted this band to be the new Tokyo Incidents, gara-gara percampuran rock-funk-jazz serta skill permainan instrumen yang sama-sama gila, walau akhirnya Gesu no Kiwami Otome belum se-sakit jiwa itu sih =). Apa pun itu, karena sudah tertarik dengan karakter tersebut, gw jadi ngikutin aja apa yang disajikan dalam 17 track di album ini. Walau banyak dibuat chorus yang enak dan gampang diingat, ini jelas bukan pop, pun nada-nada dan bunyi-bunyian "ganjil" kerap muncul, tetapi kerasa betul energi dan passion mereka dalam memainkan setiap lagunya, dengernya pun kebawa seneng.
5. Collage
The Chainsmokers
Gw nggak tahu apakah mereka akan ngeluarin full-length album, tetapi gw harus menempatkan EP berisi lima lagu ini di sini. Belakangan ini kita nggak bisa kabur dari electronic dance music (EDM) yang makin menjajah ranah mainstream, diputar di semua radio, TV, restoran, toko, ITC, sampai acara pesta kantoran, dan sebagian besar dari mereka hanya fungsinya ya untuk itu: meramaikan suasana. Makanya gw senang ketika muncul The Chainsmokers dengan lagu-lagunya yang basisnya EDM tetapi digarap sebagai lagu pop yang utuh, dengan melodi dan lirik, nggak dipanjang-panjangin di interlude. Dari lima lagu di sini, dari yang memang dance abis sampai yang ballad, gw nggak merasa ini EDM yang cuma buat joget-joget maksiat nggak jelas, tetapi ini sebuah album pop yang ramah di kuping kalangan luas. Mungkin mereka Linkin Park-nya ranah EDM.
4. THE STILL LIFE
平井 堅 (Ken Hirai)
2016 seperti jadi tahun comeback-nya artis-artis J-Pop yang booming di akhir 1990-an/awal 2000-an dengan karya terbaru. Album ini sendiri berjarak lima tahun sejak album orisinal terakhir Hirai di tahun 2011, dan untunglah waktu panjang itu digunakan untuk mengumpulkan materi yang oke-oke. Sejak awal seperti sudah diset dengan mood ceria, album ini menampilkan berbagai variasi bunyi dari basic musik Hirai yang bergerak di pop dan R&B. Yang mellow sih masih ada, bagus-bagus pula, tetapi yang grande, yang groovy, sampai ke yang rock nyeleneh gaya Tokyo Incidents juga tak kalah menarik, dan diramunya juga enak. Seneng deh kalau ada album yang isinya macam-macam rasa tanpa menghilangkan karakter si artisnya seperti ini.
3. Cleopatra
The Lumineers
Gw merasa terlalu sedikit hype untuk album ini. Album kedua trio folk-rock ini memang masih setipe dengan album pertama mereka, namun bukan berarti nggak digarap dengan baik, malah buat gw album ini just as good. Lagu-lagunya yang diberi judul-judul indah dirangkai dalam nada-nada yang ramah di telinga, dan liriknya masih berisi kisah-kisah menarik, dibawakan dengan sincerity baik dari vokalnya maupun sampai ke kecepatan dan intensitas dalam menggenjreng gitar, menekan piano, dan menghentak drum-nya. Mungkin terlalu American untuk sebagian orang, namun buat gw album yang cukup ringkas ini nikmat sekali didengarkan track demi track-nya.
2. Fantôme
宇多田ヒカル (Utada Hikaru)
Ada gap yang lumayan lama dari rekaman terakhir Utada di tahun 2008(!), dan kalau ngikutin beritanya sih lumayan banyak yang terjadi sama doi. Jadi selain vakum dari nyanyi, Utada juga harus kehilangan ibunya yang wafat, lalu dia juga menikah lagi sama orang Italia lalu punya seorang putra. Mungkin itu pula yang memengaruhi musik yang dibawakan dalam album comeback-nya ini, kayak mendewasa. Bukan lagi bunyi-bunyi eksperimental yang mendominasi album-album Utada sebelum ini, Fantôme mungkin mirip dengan album-album awal Utada yang lebih "normal", namun versi lebih kalemnya. Saking segitunya, gw kaget bahwa sebuah karya Utada bisa terdengar semanis, semelodik, dan semelankolis ini. Yah nada-nada dan chord nonstandar juga masih ada, dan berhubung aransemennya tidak terlalu ramai, lagu-lagu gloomy-nya juga terdengar lebih nusuk.
1. Solina
LALA
Buat gw album yang bagus adalah yang simply bisa gw nikmati tanpa keluhan dan tidak terdorong untuk melongkap lagu dari awal sampai ke akhirnya, sekalipun berulang-ulang. Sepanjang tahun ini, yang paling memenuhi itu adalah album dari artis yang juga dikenal dengan nama Lala Karmela ini. Beneran dari lagu pertama sampai kedelapan, yang kali ini banyak diberi sentuhan bunyi pop elektronik ke arah 1980-an (dan berhubung produsernya Widi Puradiredja jadi agak mirip style tiga album terakhir MALIQ & D'Essentials), nggak ada yang gw nggak suka, dan ada rasa gembira setelah mendengar keseluruhannya. Tetapi, kesukaan gw terhadap album ini mungkin juga karena album inilah yang gw nanti-nantikan datang dari Lala, setelah agak let down dengan album Indonesia pertamanya yang kurang berkarakter atau album keduanya yang…gw belum sempat dengar, hehe. Album ini buat gw menunjukkan potensi asli Lala, seorang singer-songwriter dengan suara merdu berbobot dan bakat besar menghasilkan lagu-lagu pop keren nan enak, serta tepat dalam memilih kemasan musik yang pas untuk lagu-lagu tersebut, sehingga jauh dari kesan cari aman.