劇場版 ソードアート・オンライン -オーディナル・スケール- (Gekijo-ban Sword Art Online -Ordinal Scale -)Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale(2017 - Odex/Aniplex)
Directed by Tomohiko ItoScreenplay by Reki Kawahara, Tomohiko ItoBased on novel series "Sword Art Online" by Reki Kawahara, characters designed by abecProduction by A-1 PicturesCast: Yoshitsugu Matsuoka, Haruka Tomatsu, Kanae Ito, Ayana Taketatsu, Rina Hidaka, Ayahi Takagaki, Miyuki Sawashiro, Hiroaki Hirata, Hiroki Yasumoto, Koichi Yamadera, Sayaka Kanda, Yoshio Inoue, Takeshi KagaGw lupa udah pernah
mention atau belum, tetapi perlu digarisbawahi bahwa kita hidup di era yang enak untuk menjadi seorang penggemar anime Jepang di Indonesia. Paling kelihatan adalah semakin sering film-film anime atau film-film berdasarkan manga atau anime populer yang diedarkan di bioskop-bioskop sini secara resmi. Coba kalau udah begini sejak 10-15 tahun yang lalu, pasti konsumsi anime bajakan nggak akan seakut sekarang =P.
Anyway, kenapa gw ungkit hal ini lagi, salah satunya adalah keberadaan film-film seperti
Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale ini. Khusus yang ini, kalau sampai berani diimpor ke Indonesia berarti punya popularitas dan populasi penggemar potensial dong....sesuatu yang sepertinya luput dari radar gw karena gw nggak tahu menahu sama sekali tentang keberadaan
franchise ini =D. Ini menandakan bahwa antusiasme penggemar manga dan anime di sini masih berlanjut, nggak
stuck di satu periode aja kayak terjadi pada gw--yang dimulai dari angkatan Doraemon dan Saint Seiya lalu berakhir di angkatan Naruto, One Piece, dan Bleach, hehe. Curhat sedikit, gw masih kagum sama antusiasme para "otaku"--sebutan penggemar
pop culture Jepang menurut majalah Animonster--yang mungkin sekarang di usia sekolah atau kuliah (semacam beregenerasi terus di rentang usia ini), yang sepertinya makin kompak mendukung produk kesenangan mereka ini. Pernah dibuktikan waktu gw nonton
Your Name tempo hari, lalu dibuktikan lagi saat menonton Sword Art Online the Movie ini kemarin, yang jam pertama hampir
full sampe AC teaternya berasa jauh lebih hangat dan kadar oksigennya berasa lebih tipis dari yang seharusnya *
okay mungkin memang AC-nya bermasalah*. Semoga baik pihak pembuat dan pemilik karya maupun penggemarnya nggak
taking this for granted ya.
Naturally, gw harus mencari-cari soal Sword Art Online di internet berhubung wawasan gw nol. Awalnya gw kira ini macam game online *ya maap*, ternyata ini adalah sebuah kisah rekaan Reki Kawahara dalam bentuk novel bergambar, yang kemudian diadaptasi jadi serial anime di TV juga manga, dan katanya salah satu yang populer di era 2010-an. Premis dasarnya adalah tentang Jepang di masa depan, ketika tercipta sebuah massive multi-player online role playing game dalam format virtual reality bernama Sword Art Online (SAO), yang dapat memberikan penggunanya sensasi full immersion seolah benar-benar hidup dalam dunia permainannya ketika memakai alat khusus dan kesadarannya "tertuang" dalam dunia virtual itu. Namun, ketika diluncurkan dan langsung diserbu pengguna, baru ketahuan bahwa setiap pemain yang sudah log in ternyata nggak bisa log out. Parahnya lagi, orang yang mencoba log out paksa dengan mencopot alat dari kepalanya, atau mati di dalam permainan, maka orang tersebut akan mati betulan. Tokoh utama cerita ini adalah Kirito dan Asuna--bukan nama sebenarnya melainkan nama avatar mereka di dunia virtual, yang berjuang bersama menyelamatkan orang-orang dari jebakan permainan tersebut, dan sebagai bonus yang tidak di-include dalam paket permainan =P, keduanya menjalin kasih bahkan punya "anak virtual" bersama-sama. Nah, Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale ini mengambil kisah setelah Kirito dan Asuna dkk berhasil mengalahkan si pencipta permainan yang menjebak mereka yang bernama Kayaba, dan kini mereka sudah bisa bebas hidup di dunia nyata, dan dunia virtual ketika memang pengen, tanpa takut terancam nyawa.
Kisah Ordinal Scale mengambil waktu beberapa tahun setelahnya, ketika muncul teknologi Augma, alat augmented reality yang, nggak seperti virtual reality, menyajikan fitur-fitur virtual tetapi si penggunanya tetap sadar dan bergerak di dunia nyata. Ingat Pokemon Go? Begitulah =D. Di antara fitur tersebut, muncullah permainan baru bernama Ordinal Scale (OS), yang mengajak para pemainnya mengumpulkan poin dan berlomba merebut top skor dengan mengalahkan rupa-rupa monster virtual yang dimunculkan di beberapa tempat umum--bayangkan Pokemon Go dengan alat Nintendo Wii yang benar-benar beraksi gerak fisik bukan cuma gesek layar. Kirito (suara oleh Yoshitsugu Matsuoka), Asuna (Haruka Tomatsu), dkk pun mencoba permainan ini, walau sensasinya berbeda dengan virtual reality karena fisik nyata mereka akan langsung terpengaruh. Yang mencurigakan, monster-monster yang dimunculkan adalah yang pernah mereka temui di SAO, padahal orang dan perusahaan yang membuatnya berbeda. Belum lagi muncul sosok misterius bernama Eiji (Yoshio Inoue), pemangku peringkat 2 top skor permainan tersebut yang diketahui mencelakakan pemain lain, serta sosok gadis ber-hoodie yang datang dan menghilang di sekitar Kirito dan Asuna, yang mirip dengan seorang virtual idol bernama Yuna (Sayaka Kanda). Misteri ini memaksa Kirito dan Asuna dkk untuk mengulik keterkaitan Ordinal Scale dan SAO, sebelum banyak nyawa terenggut seperti yang terjadi pada pengalaman sebelumnya.
Begini, lagi-lagi karena pengetahuan gw nol tentang Sword Art Online sebelumnya, adalah kewajaran jika gw kayak missing beberapa elemen mendasarnya, terutama karakternya. Film Ordinal Scale ini jelas adalah kelanjutan dari berepisode-episode serial animenya, dan basically diperuntukkan bagi mereka yang sudah kenal baik sama universe-nya. Maka bagi yang baru tune in di film ini, jangan terlalu berharap langsung mengerti sifat-sifat serta histori karakternya yang ternyata lumayan banyak itu, dan akan banyak referensi yang hanya diketahui oleh penonton setianya, termasuk tokoh-tokoh tamu yang datang dan pergi tetapi kelihatan punya hubungan dekat dengan para tokoh utamanya. Namun, secara garis besar cerita, film ini termasuk ramah juga sama penonton baru kayak gw. Gambaran tentang world-building-nya diinformasikan cukup komprehensif di bagian awal, sehingga selanjutnya gw cukup bisa mengikuti ceritanya, walau tentu nggak akan selegit mereka yang udah khatam serial animenya. Toh, elemen-elemen yang dijadikan penggerak utama cerita termasuk all new, nggak terkait langsung sama cerita sebelumnya, baik dari permainan dan aturannya yang baru, musuh-musuhnya, dan goal-nya hanya berlaku di cerita yang ini, jadi nggak terlalu masalah sebenarnya.
Memang sih, di satu sisi plot film ini tak lebih dari sekadar mengulang konsep dasar cerita awalnya, hanya kali ini dalam kemasan berbeda. Basis film ini tetap upaya sekelompok orang muda mengalahkan monster-monster, dan oknum yang bertanggungjawab atas para monster tersebut. Film ini kemudian jadi mengulang rutin film sejenis: kalahkan satu monster, monster yang lebih kuat muncul, lalu kemampuan si jagoan meningkat, dan sebagainya. Lalu sebagai fan-service, setiap karakter, termasuk yang numpang nongol bentar, diberi kesempatan unjuk jurus andalan masing-masing. Bahkan di satu titik cerita film ini membawa tokohnya kembali ke dunia permainan SOA demi memenangkan amunisi untuk balik lagi mengalahkan musuh yang sesungguhnya, dan ini jelas-jelas merujuk pada yang sudah pernah mereka lakukan sebelum cerita dalam film ini. Dan, rasanya karakter-karakter ini nggak mengalami perubahan secara substansial ketika cerita berakhir, selain bahwa mereka sudah menyelesaikan satu lagi petualangan bersama-sama, semacam sebuah episode dengan durasi lebih panjang saja. Ya mungkin itulah yang harus dimaklumi terjadi dalam sebuah film yang dasar cerita dan karakternya "sudah jadi" lebih dulu di luar filmnya sendiri.
Namun, di luar itu semua, buat gw kemasan baru yang coba dibikin di film ini terhadap hal-hal rutin tadi cukup intriguing juga. Ide tentang augmented reality game, serta teknologi yang terlalu terintegrasi dan mempengaruhi manusianya langsung di kehidupan nyata, dieksekusi dengan cukup baik. Bukan cuma dari persoalan game yang tampak nyata, tetapi sampai ke kebutuhan sehari-hari macam kupon belanja, tokoh idola virtual, hingga kemampuan teknologi menghitung pola kebiasaan penggunanya lalu merekomendasikan sesuai analisa itu dan terkadang manusia blindly ngikutin saran digital itu, dan juga menyangkut soal menciptakan sebuah persona di dunia maya demi menggantikan rasa kehilangan di dunia nyata. Siapa yang berani menyangkal bahwa film ini sedang merefleksikan hidup kita sekarang, atau yang akan datang. Untungnya, Ordinal Scale nggak terus memilih jalur yang terlalu berat atau being too weird about it ataupun sok ngerumit-rumitin, masih bisa ditangkap dengan mudah kok.
Gw rasa Ordinal Scale termasuk berhasil dalam menyeimbangkan olahan ceritanya yang appealing ke penggemar lama sekaligus masih bisa diterima oleh penonton baru, nggak bingungin-bingungin amat. Kualitas animasinya juga baik, ditambah penataan adegan-adegan laga serta efek digital yang menyokong film ini hingga cukup layak disaksikan di layar lebar. Kalau soal humor atau soundtrack, itu sangat bergantung sama selera sih, anime banget dah pokoknya, heuheu. Gw akui nggak sepenuhnya menikmati film ini karena beberapa unsur missing tadi, again berhubung gw benar-benar penonton yang baru banget, namun gw nggak bisa nggak memberi highlight pada konsep cerita tentang hubungan manusia dan teknologi yang dibahasnya.
My score:
6,5/10