Headshot(2016 - Screenplay Infinite Films)
Directed by Timo Tjahjanto & Kimo Stamboel (Mo Brothers)Story & Screenplay by Timo TjahjantoProduced by Mike Wiluan, Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo, Shinjiro NishimuraCast: Iko Uwais, Chelsea Islan, Julie Estelle, Sunny Pang, Ganindra Bimo, Very Tri Yulisman, Yayu Unru, Zack Lee, David Hendrawan, Bront Palarae, Teuku Rifnu WikanaSejak awal proyek film
Headshot sudah sangat menarik buat gw. Bukan, bukan karena film ini bagaikan irisan dwilogi
The Raid dan
film-film berdarahnya Mo Brothers. Melainkan bahwa film ini diproduksi oleh sebuah
joint venture antara Infinite Studios Batam yang belakangan memang banyak terlibat di proyek-proyek regional Asia, dengan Screenplay Films. Iya,
Screenplay Films yang itu. Gimana nggak penasaran membayangkan film-film Mo Brothers terdahulu yang gemar memperlihatkan orang tersiksa (Rumah Dara, Killers) berada di bawah (sebagian) rumah produksi yang terkenal dengan film-film roman
alay remajanya. Dan ternyata, dalam hasil akhirnya, film ini sama sekali tidak mengecewakan kepenasaranan gw.
This film is interesting indeed.
Kisah Headshot sesungguhnya adalah plot yang straightforward tentang seorang jagoan berusaha menyelamatkan orang yang dicintainya. Seorang pria (Iko Uwais) terbangun di sebuah rumah sakit di sebuah pulau, setelah ditemukan terdampar di pinggir laut dua bulan sebelumnya, tanpa memiliki ingatan akan masa lalu maupun identitasnya. Dokter muda Ailin (Chelsea Islan) adalah yang paling memberi perhatian padanya, memberinya nama Ishmael, seperti salah satu tokoh di buku yang dibacanya, Moby Dick. Di saat yang sama, seorang kepala geng keji dan legendaris, Lee (Sunny Pang) mendapat kabar bahwa salah satu anak buahnya yang hilang berada di sebuah rumah sakit—tentu saja yang dimaksud adalah Ishmael. Lee mengutus anak-anak buahnya untuk menyeret Ishmael kembali kepadanya apa pun caranya.
For the most part, Headshot adalah film yang hampir tepat seperti bayangan gw, bahwa
action yang dibikin Mo Brothers lebih kurang ya seperti ini. Ada tembakan, tusukan, pukulan, luka lebar-lebar, kucuran darah dan erangan kesakitan di sana sini. Kemudian itu ditambah dengan seperti ada
comic quality dalam penyusunan ceritanya, nggak serius-serius amat tapi tetap intens. Ada si
mastermind yang ditakuti, ada musuh-musuh dengan spesialisasi senjata berbeda-beda, ada
background story yang bagaikan mitos, ada juga unsur humor dan
romance-nya. Perjalanan si "Ishmael-bukan-nama-sebenarnya" ini dituturkan
step-by-step dan ada tahapan-tahapan pertarungan yang harus dilalui hingga ketemu "raja"-nya. Ditambah tembak-tembakan yang kayaknya haram kalau cuma pakai satu peluru langsung kelar, dan…
well…banyak sekali tokoh yang darahnya udah keluar 5 liter tetap nggak langsung mati—
a clear but crude way of saying "this is fiction". Porsi laganya digarap cukup baik, dengan adegan favorit gw adalah pertarungan dengan aneka ragam inventaris kantor polisi dan duel Ishmael dan Rika (Julie Estelle). Memang sepertinya akan terlalu muluk kalau berharap
action-nya bakal selevel
The Raid, dan kadang gw merasa film ini agak terlalu konsentrasi pada luka-luka daripada serunya pertarungannya, jadinya malah bikin gw lebih ke stress daripada
excited =_=, tetapi film ini bisa membangun motivasi dari adegan-adegan laga itu dengan baik.
Nah, yang agak di luar bayangan gw adalah bagaimana film ini menempatkan si "Screenplay"-nya. Gw ngerti sih proyek ini mungkin ingin membuktikan bahwa orang-orang di dalamnya bukan cuma yang gemar bikin film alay gitu-gitu doang, tetapi I should've known bahwa tetap adanya nama Screenplay bukanlah sekadar tempelan. Headshot kemudian bukan hanya bisa dideskripsikan sebagai film action dan brutal, tetapi juga…baper XD. Entah ini memang arahan produser atau Mo Brothers memang sebenarnya punya sisi yang begitu tender, sisi roman Headshot berpusat pada innocent-nya hubungan antara Ishmael dan Ailin, diungkap dengan dialog-dialog yang mengingatkan pada film-film roman Screenplay Films, bahkan sampai ke intonasinya. Menariknya lagi, ini nggak cuma dipakai sebagai pembuka cerita belaka, tetapi juga sampai ke klimaksnya, karena memang yang ingin dijadikan heart of the story adalah Ishmael dan Ailin. Kalau dibilang cheesy ya memang cheesy, beberapa kali gw nyengir mendengar lontaran dialog antara kedua tokoh ini, tetapi entah kenapa buat gw itu bisa aja masuk dalam jalinan presentasi Headshot ini, yang secara keseluruhan buat gw memang cenderung komikal kok. Toh di kesempatan lain—dan ini salah satu yang gw paling suka dari film ini—saat adegan-adegan paling violent pun tetap ada terselip humor dalam bentuk one-liners dari karakter-karakternya dengan intonasi natural ala anak tongkrongan, bukan sok dramatis dengan kalimat aneh-aneh. It's actually pretty light, light dalam versi Mo Brothers tapi ya.
Gw senang dengan Headshot sebagaimana adanya. Selain memberi perhatian terhadap action-nya yang dilengkapi dengan production design serta efek yang mumpuni, film ini juga membangun ceritanya yang ringan itu dengan baik dan mudah dipahami. Dan, sebagaimana gw singgung, bahkan unsur melankolinya juga bisa masuk aja gitu tanpa actually menghalangi penuturan ceritanya. Headshot ini kemudian jadi menarik karena di dalam satu film penontonnya bisa berseru ngilu "aduh" sekaligus berseru pasrah "awww" =D. Ada pemorsian yang cukup seimbang antara dua sisi itu—mungkin berkat editingnya, sehingga setidaknya film ini nggak berkepribadian ganda, misalnya antara berdarah banget dan cengeng banget, kedunya masih nyambung aja. Ditambah lagi performa pemainnya nggak ada yang jelek, even bang Iko menunjukkan progres yang signifikan sejak banyaknya dialog belibet di The Raid. So, yeah, gw cukup menikmati film ini, mungkin juga karena gw menaruh ekspektasi gw di level yang tepat. Sekarang gw jadi penasaran film di bawah Screenplay Infinite Films selanjutnya akan seperti apa, jangan-jangan mungkin malah akan membuka ruang tren subgenre "action baperan" =P, which is nggak apa-apa dong.
My score: 7,5/10