xXx: Return of Xander Cage(2017 - Paramount)
Directed by D.J. CarusoWritten by F. Scott FrazierBased on the characters created by Rich WilkesProduced by Joe Roth, Jeff Kirschenbaum, Vin Diesel, Samantha VincentCast: Vin Diesel, Donnie Yen, Deepika Padukone, Toni Collette, Nina Dobrev, Ruby Rose, Rory McCann, Kris Wu, Tony Jaa, Samuel L. Jackson, Michael Bipsing, Hermione Corfield, Tony Gonzalez, Neymar Jr., Ariadna Gutiérrez, Al Sapienza, Ice CubeMenolak lupa. Dalam memori gw tentang film-film awal era 2000-an, xXx (2002) bukanlah salah satu yang berkesan karena filmnya, tetapi gw ingat the fact that it existed. Dalam ingatan gw--many thanks to local movie magazines at the time, xXx adalah sebuah upaya agar Vin Diesel yang baru aja sukses membintangi The Fast and the Furious (2001), dijadikan bintang laga baru yang nggak terpatok sama satu "merek" saja. Saat itu beritanya adalah Diesel ogah bermain di sekuel, maka daripada ikut di 2 Fast 2 Furious (2003), doski lebih mending ikut ke xXx yang juga disutradarai oleh sutradara Fast, Rob Cohen. Hasil akhir xXx yang gw tangkap adalah sebuah film mata-mata ala James Bond dan Mission: Impossible tapi dengan gaya pimped ala video musik MTV: lebih banyak party, lebih banyak musik, lebih banyak tato, lebih banyak seks tak berarti (walau nggak sampai pada level konotasi judulnya ya), dan oh ya, lebih banyak pamer laga dan stunt fantastis, mengingat ceritanya agen berkode Triple X adalah orang-orang yang gemar olahraga ekstrem. xXx pertama itu sukses di box office, tetapi, you guessed it, Diesel menolak untuk tampil di sekuelnya--apakah karena prinsip atau tarifnya nggak cocok hanya casting director sana yang tahu, maka jadilah xXx 2: The Next Level a.k.a. xXx: State of Union (2005) dibuat dengan bintang Ice Cube, dan konsep agen Triple X pun mau tak mau diperluas supaya nggak cuma milik si Xander Cage yang diperankan Diesel.
Mari melongkap periode film-film Diesel banyak yang nggak sukses, doski akhirnya luluh untuk main sekuel-sekuel Fast & Furious sejak cameo di Tokyo Drift (2006), dari inilah arguably saatnya dia jadi bintang terkenal beneran, apalagi franchise Fast & Furious makin lama makin laku di seluruh dunia. Dan, mungkin karena inilah, Diesel jadi tergoda balikan lagi ke franchise xXx, supaya bisa meniru sukses Fast & Furious. Nah, apakah xXx adalah materi yang memang layak untuk dibuat bersekuel-sekuel mungkin perlu pembahasan lain lagi, karena gw sendiri agak lupa xXx pertama kayak gimana, kemungkinan besar gw nggak suka sampai-sampai nggak minat nonton sekuelnya. Tetapi, dengan jeda 12 tahun dari film terakhirnya dan perkembangan situasi sinema sekarang, yang lebih penting adalah seri terbaru xXx ini mau dibawa ke mana dan seperti apa. Buat gw, itulah problem terbesar dari xXx: Return of Xander Cage, karena film ini berusaha membangkitkan sesuatu yang nggak benar-benar dikangeni, dan nggak memberi nilai tambah dari itu, berhubung tawaran sejenis bahkan lebih baik sudah bertebaran di film-film lain.
Apa yang ditampilkan xXx: Return of Xander Cage benar-benar hanyalah pinjaman dari film-film yang lain. Mengumpulkan tim berbagai sifat dan keahlian dalam sebuah misi yang mempertaruhkan keselamatan dunia, tetapi operasinya yang keliling dunia itu harus dilakukan diam-diam karena mereka ditugasi badan intelijen. Sayangnya, film ini nggak berbuat sesuatu untuk menjadikan cerita yang nggak orisinal itu punya cita rasa tersendiri. Kalau maunya jadi versi "exxxtreme" dari Mission: Impossible, James Bond, atau Fast & Furious (mungkin bahkan
The Expendables), gw cuma bisa ketawa aja.
Seriously, adegan-adegan laga dan intrik yang ditampilkan di film ini malah kalah ekstrem dari film-film teranyar dari tiga
franchise tadi. Motor yang bisa buat
surfing dan kejar-kejaran di jalan layang (dan kolongnya) memang gw akui masih seru dan absurd, sayangnya nggak ada lagi yang lebih seru dan absurd dari dua adegan itu. Lha kalau
Fast & Furious 7 bisa bikin mobil lompat antar gedung lantai 50-an, dan Tom Cruise di
Mission: Impossible Rogue Nation mau nemplok di badan pesawat pas
take off, sementara xXx: Return of Xander Cage cuma tawarkan adegan terjun payung, ya ngapain?
Ini belum bahas jalan cerita ya--tentang perebutan sebuah perangkat yang kalau dipakai orang jahat bisa mengancam perdamaian dunia,
clearly nyontek dari
Charlie's Angels =P. Katanya sih kalau film hore-hore kayak gini nggak usah pikirkan cerita. Tetapi untuk xXx: Return of Xander Cage ini, gw susah menerapkan permakluman kalau dari perancangan ceritanya udah ngeselin kayak nggak mau usaha gitu lho. Berangkat dari konsep agen Triple X adalah orang-orang yang bernyali besar dan bisa lakukan hal-hal di luar dugaan agen intelijen sekalipun, tetapi dari sini kelihatan sepertinya penulisnya kehabisan ide atau males aja. Sehingga yang diperbuatnya adalah menurunkan tingkat intelejensia tokoh-tokoh agen intelijennya, ketimbang berusaha membuat para agen Triple X lebih cerdas. Contoh paling krusial adalah adegan awal penerobosan jendela kaca ruang rapat para petinggi CIA. Jelas ada yang salah dari deskripsi ini. Ada kata "rahasia", "petinggi", dan "CIA" di situ, tetapi mereka berada di ruang yang ada "jendela kaca", yang bisa terlihat dari luar gedung (!!). Ya ampuuuun, kalau mau bikin film hore-hore dan lucu-lucuan nggak gini-gini amat kaliiii T-T.
Tentu saja itu hanya awal dari so many dumbness yang bisa ditemukan di film ini, mulai dari yang klasik "baru jatuh udah sehat lagi sekejap pas ketemu di meeting point untuk last pose", sampai adegan "geledah keroyokan oleh para hacker berbikini" yang bikin gw bertanya-tanya ini film xXx atau xxx beneran. It's not even funny. Nah, speaking of funny, film ini juga kayaknya angot-angotan dalam menentukan tone. Mau fun dalam segi action film ini sialnya nggak sekreatif dan seimajinatif yang seharusnya, untungnya masih ada adegan-adegan yang gw sebut tadi yang interestingly selalu melibatkan Donnie Yen, thus film ini masih gw kasih poin. Mau ingin masuk ke ranah komedi action, sama juga, film ini nggak mengandung selera humor yang pas dan wild enough untuk layak dikatakan lucu, boro-boro memaklumi kebodohan tokoh-tokoh yang harusnya pintar. Paling banter film ini cuma bisa bikin various sexual innuendos, yang kalau delivery-nya aja nggak bener (sorry, Diesel, and Nina Dobrev) ya anyep juga jadinya.
Nevertheless, tampaknya xXx: Return of Xander Cage dalam memori gw akan berakhir sama seperti xXx pertama. Filmnya mungkin nggak seberapa berkesan selain tiruan-nggak-kesampaian dari Fast & Furious, tetapi keberadaannya cukup menarik untuk diingat. Ini terutama sangat terlihat jelas dari deretan pemainnya yang mengambil wajah-wajah terkenal berbagai teritori dunia: Amerika, India, China dan Asia Tenggara, Australia, Inggris, Amerika Latin, dan datang dari berbagai ras--sayangnya ensemble yang menarik ini zero chemistry, susah untuk disukai dan kayak nggak bermain seserius stunt people-nya, kecuali mungkin Rory McCann sebagai Tennyson si orang gila pecinta teori konspirasi. Boleh saja dibilang ini semua cuma trik Hollywood untuk ambil untung dengan cara baru, dan memang iya, tetapi ini juga mencerminkan kecenderungan terbaru industri film dunia bahwa film Hollywood nggak bisa bergantung lagi pada industri film lokalnya sendiri jika ingin survive. Positifnya, paling nggak film ini semakin memberi tempat bahwa yang jagoan dan yang keren bukan cuma Amerika kulit putih saja, dan, well, memberi sesuatu yang memang masih "dimakan" di berbagai belahan dunia, you know, action yang memang action. Still, buntut-buntutnya duit, dan jangan heran kalau trik ini berhasil. Cuma ya buat gw film ini lebih seperti exercise aja, nggak akan mengangkat siapa pun yang terlibat--apalagi penontonnya--ke level yang lebih atau gimana gitu, bahkan gw ragu jika franchise ini masih layak dilanjutkan dengan segala ketanggungan dan karakter-karakter yang nggak semengikat Fast & Furious misalnya. But we'll see, kalau laku ya pasti lanjut.
My score:
5,5/10